The Story of Smart Monkey and Dull Crocodile


One day there was a monkey. He wanted to cross a river. There he saw a crocodile so he asked the crocodile to take him across the other side of the river. The crocodile agree and told the monkey to jump on its back. Then the crocodile swam down the river with the monkey on his top.
Unluckily, the crocodile was very hungry, he stopped in the middle of the river and said to the monkey, “My father is very sick. He has to eat the heart of the monkey. So he will be healthy again.”
At the time, the monkey was in dangerous situation and he had to think hard. Then he had a good idea. He told the crocodile to swim back to the river bank. “What’s for?” asked the crocodile. “Because I don’t bring my heart,” said the monkey. “I left it under a tree, near some coconuts in the river bank.”
The crocodile agreed and turned around. He swam back to the bank of the river. As soon as they reached the river bank, the monkey jumped off the crocodile’s back. Then he climbed up to the top of a tree.
“Where is your heart?” asked the crocodile. “You are foolish,” said the monkey to the crocodile. “Now I am free and I have my heart.”

Rabbit and Bear


Rabbit and Bear


Once upon a time, there lived as neighbours, a bear and a rabbit. The rabbit is a good shot. In contrary, the bear is always clumsy ad could not use the arrow to good advantage.

One day, the bear called over the rabbit and asked the rabbit to take his bow and arrows and came with bear to the other side of the hill. The rabbit was fearing to arouse the bear's anger so he could not refuse it. He consented and went with the bear and shot enough buffalo to satisfy the hungry family. Indeed he shot and killed so many that there was lots of meat left after the bear and his family had loaded themselves and packed all they could carry home.

The bear was very gluttonous and did not want the rabbit to get any of the meat. Th e rabbit could not even taste the blood from the butchering as the bear would throw earth on the blood and dry it up. The poor rabbit would have to go home hungry after his hard day's work.

The bear was the father of five children. The youngest child was very kind to the rabbit. He was very hearty eater. The mother bear always gave him an extra large piece of meat but the youngest child did not eat it. He would take it outside with him and pretended to play ball with the meat. He kicked toward the rabbit's house and when he got close to the door he would give the meat with such a great kick. The meat would fly into the rabbit's house. In this way, the poor rabbit would get his meal unknown to the papa bear.


You and Me


YOU AND ME
part 1
           
Kim Nam Ri POV
Huahhh!!! Sial sekali!!! Sekarang sudah jam setengah 8! Setengah jam lagi aku masuk kuliah! Aishhh bisa-bisanya aku teledor begini… ini pasti gara-gara begadang main game biadab itu! Huahhh dasar Yoon Ja sialan, bisa-bisanya dia memberikan game setan itu padaku! Membuatku lupa kalau aku ada jam kuliah pagi hari ini, huh!
Kusambar handukku dan mandi secepat kilat. Hanya 5 menit! Tidak perduli bersih atau tidak, yang penting sikat gigi! Pakai baju kemeja alakadarnya, dan berangkat menggunakan trasportasi umum. Semuanya hanya membutuhkan waktu 20 menit! Bagus!
“hei, kemana saja kau? Kami mencarimu!” ujar Rye Min mengagetkanku. Seperti biasa, kami ber 7, Tak juju selalu berkumpul dikantin. Bukannya jajan, tapi nongkrong. (kasian penjualan kantin di PHP in -..- #Plak)
“bodoh kau, kenapa kau berikan aku game itu! Aku jadi kesiangan tau gara-gara main game semalam!” kutoyor kepala Yoon Ja sembarangan. Dia memang benar-benar gila.
“YAK! Singkirkan tangan kotor mu dariku~” tangannya merusaha menepis tanganku.
“cih~ kotor? Bahkan tanganku lebih suci darimu! buahahha” aku bersiap-siap lari menuju kelas, takut akan ada kiamat hari ini.
“KEMBALI KAU!” teriakannya tidak kudengar.
Hem… hari ini aku ada kelas matematika, jadi aku berpisah dengan 6 manusia gila itu (#plak). Lalu aku harus kekelas Bahasa Inggris dan bla bla bla. Huh masih banyak sekali kegiatanku! Mungkin aku bisa pulang malam (lebe lu nam!| emang gua lebay -..-)
“hei chagi!” seonggok (?) tangan merangkulku dari belakang.
“aish ternyata kau… mengagetkanku saja!” ujarku pada Donghae. Dia namjachinguku, kami sudah 3 bulan pacaran, tapi aku biasa saja padanya. Suka sih suka, tapi engga suka-suka banget. (#labil #tampolauthor)
“oh iya, pelajaran pertama hari ini apa?” tanyanya.
“mtk” dia melepas rangkulannya.
“jinjja? Berarti kita sama! yeayyy” dia berteriak tidak jelas.
“hmmm…” gumamku sambil mendengarkan lagu lewat headset. Sepertinya aku ketularan Yoon Ja.
“oh iya, nanti sore kau ada waktu?” tanyanya mengalihkan pembicaraan.
“molla… aku tidak tahu!” jawabku asal. Memang tidak tahu kan? Siapa tahu nanti aku pulang terlambat.
Dia diam. Aku tidak mau melihat kearahnya, aku tahu yang akan dia lakukan selanjutnya. Coba kita hitung ya! 1… 2… 3…
Cup~
Dia mencium pipi kiri ku.
“maaf tuan Lee… berapa kali aku bilang? Aku tidak suka kalau kau frontal… disini banyak orang!” kupukul kepalanya pakai batu bata (eh! salah!) maksudnya pakai buku.
“aishhh appo! Kau ini… aku kan namjachingumu… masa’ tidak boleh?” rajuknya. Dia seperti anak kecil. Berbeda denganku yang perkasa (?) dan tomboi. Kadang kalau aku berjalan didekatnya, aku merasa kalau aku yang jadi namjanya dan dia yeojanya ckck. (#Haesalahgaul #plak)
“tidak peduli! Awas kau ya!” aku mengejarnya yang lari tunggang langgang. Awas saja. Pulang-pulang, dia sudah tidak berkepala! (lol)
***
“eomma aku pulang…” kataku membuka pintu rumah.
Dirumah ini, aku tinggal bersama eomma. Hanya eomma. Kalian bertanya-tanya kemana appaku? Cih~ lelaki brengsek itu harusnya tidak hidup di bumi ini! Dosanya terlalu besar! (ampun pak… bukan bapak sumpah deh, suer suer -.-v)
Meninggalkan eomma dan aku sendirian dengan setumpuk hutang dan pergi dengan wanita lain. Lelaki macam apa itu? Kadang aku harus kerja part time untung mendapat uang dan membantu eomma.
Seharusnya nama laki-laki itu dihapus saja dari dunia ini. Aku tidak percaya dengan yang namanya laki-laki. Oleh karenanya, aku selalu mempermainkan laki-laki. Menganggapnya tidak penting. Habis manis, sepah dibuang. (engga ko gue ga gitu… gue kan baik :)*tinggg*)
Sudah kubilangkan kalau aku tidak terlalu menyukai Donghae? Hanya sebatas S-U-K-A tidak lebih! Cinta? Iuhhh~ menjijikkan… tidak ada cinta di dunia ini. Hanya satu-satunya cinta yang kupercaya. Yaitu cinta dan aksih sayang eomma padaku.
Mungkin saja, sebentar lagi, aku akan ganti pacar. Playgirl? Masa bodo!
“eh, kau sudah pulang nak? Bagaimana kuliahmu?” tanya eomma ramah dan mengajakku duduk di sofa.
“lancar-lancar saja eomma… eomma sudah makan?” tanyaku pelan. Aku hanya bicara pelan dan nurut kepada eomma. Lainnya? Jangan harap!
“sudah… cepat ganti bajumu, makananmu sudah siap diatas meja!” eomma menepuk bahuku pelan. Aku tersenyum.
“ne, eomma…”
Aku segera menuju kamarku. Mandi dan ganti baju (yaiyalah!). lalu bersiap menuju meja makan. Disana sudah ada eomma yang menungguku sambil tersenyum.
“wah! Kimbab! Eomma kau baik sekali!” aku segera membabat habis kimbab yang berderet menggoda imanku itu (?). eomma hanya tersenyum melihat ulahku.
“Nam Ri… kau sayang sama eomma kan?” aku menghentikan acara makan-makanku (?). menatap eomma bingung.
“de? Tentu saja eomma! Kenapa eomma bicara seperti itu?”
“kau akan mematuhi kata-kata eomma, kan?” aku semakin tidak mengerti arah perbincangan ini.
“eomma… aku akan menuruti semua perintah eomma, termasuk terjun dari jurang sekalipun! Jelaskan apa yang terjadi!” aku sedikit panik. Eomma sedikit aneh.
“eomma ingin kau menikah…” glek! Aku tersedak!
“uhuk… uhuk!” eomma menyodorkan gelas berisi air putih padaku. Aku langsung meneguknya habis.
“gwaencanayo?” aku mengangguk.
“eomma… apa benar yang kau katakan tadi?” tanyaku saat aku sudah tidak tersedak lagi.
“mianheyo Nam Ri… ini demi membayar hutang ayahmu… eomma mohon sekali ini saja…” eomma berlutut dihadapanku. Sontak aku langsung turun dari kursi dan memeluknya. Air mataku mengalir.
“eomma… akan kulakukan apa saja… apa saja asal eomma senang… aku sayang eomma…”
“terimakasih Nam Ri… kau memang anak eomma yang tersayang…” suara beliau sedikit bergetar. Menahan tangis kurasa.
Appa, kau sudah puas sekarang? Ini semua gara-gara kau! Dimana letak hatimu? Kau tidak lihat betapa menderitanya eomma dan aku? Aku ini masih 19 tahun! Terlalu muda untuk menikah! Tapi demi eomma… aku rela meninggalkan masa mudaku. Karena… dia milikku satu-satunya…
***
Hari ini aku izin kuliah. Eomma mengajakku kerumah namja yang akan kunikahi. Kata eomma usianya 23 tahun. Hem… tidak terlalu jauh dariku. Kukira aku akan menikah dengan ahjussi-ahjussi fiuhhh~ (tapi kalau ahjussinya kayak teuki oppa aku mau u,u #plakkk)
Setelah menggunakan taksi, akhirnya kami sampai didepan rumah nya. Astaga… kurasa ini bukan rumah, tapi istana… OMONA~ indah sekali. Kurasa kalau aku jadi istrinya, hartaku tidak akan habis sampai 7 turunan! Sampai 100 turunan juga bisa! (lebenya keluar)
“ah, Nyonya Kim… anda sudah datang… silahkan masuk…” ujar seorang ahjumma yang berkisar 50 tahun tapi awet muda seperti 35 tahun (lebe banget awet mudanya -..-).
Aku dan eomma duduk di sebuah sofa, ah tidak, kurasa ini lebih mirip singgasana raja yang suka aku lihat di film-film kerajaan. Betul-betul indah! (kok kayaknya gua norak banget ya disini? –.-)
Di hadapan kami ada ahjumma tadi, ahjussi yang yahhh mungkin beda 5 atau 6 tahun dari ahjumma tadi, ada juga yeoja cantik yang sepertinya lebih tua 6 tahun dariku, hemmm mungkin dia anaknya. Dan… whoaaa siapa namja ini? Dia yang akan menikah denganku?
“hem… kami ingin mendengar keputusan yang sudah diambil nyonya… apa itu?” ujar ahjussi itu sumringan.
“anakku sudah setuju, oleh karena itu dia kubawa kemari agar sekalian dia melihat calon suaminya…” ujar eommaku. Kini semua mata mengarah padaku. Mampus-mampus… kenapa jadi deg-deg an begini?
“K-Kim Nam Ri imnida… annyeong semua…” ujarku kaku.
“wah… ternyata dia memang sangat cantik ya, yeobo? Aigoo… aku akan bangga memiliki menantu seperti dirinya!” ujar ahjumma itu tersenyum padaku.
Tanpa sengaja mataku bertabrakan dengan namja itu. Aku syok… dia benar-benar tampan tapi… kenapa wajahnya seperti itu? Menyeramkan. Suasana kelam menyelimutinya. (setan kali nam!)
“ah… ini dia calon suamimu, Cho Kyuhyun. Kyuhyun ini Nam Ri… Nam Ri, ini Kyuhyun…” ujar ahjumma itu melanjutkan.
“aku sudah tau” jawab namja itu ketus.
“Kyu… jaga sikapmu…” bisik ahjumma itu yang terdengar olehku.
“ck! Apa kegiatan membosankan ini masih lama? Aku mau hang out! Aku sibuk…” dia langsung melangkah keluar pintu, melewati kami. Ternyata meskipun jahat, wataknya buruk ya? Mending nae namja deh…
“KYU! Aishhh anak itu” ucap ahjussi yang sepertinya appanya Kyuhyun.
“ehm… maafkan kami… sikap dia memang keras, tapi kalau kalian sudah dekat, dia baik kok!” kata yeoja itu. Eummm sepertinya dia kakaknya Kyuhyun.
“baiklah kalau begitu, kapan pernikahan akan dilaksanakan?” tanya eomma. Ihhh eomma, malu-maluin aku aja >.<
“hahaha kalau bisa secepatnya!” jawab ahjumma.
“lusa mungkin?” kata yeoja itu.
“lusa???” tanyaku syok. Huft keceplosan, babo babo.
“hahaha sepertinya calon menantuku sangat bersemangat. Baiklah lusa saja acara pernikahannya. Semuanya akan kupersiapkan!” kata ahjussi itu.
Bagus Nam Ri! Kau bodoh! Sebentar lagi kau akan masuk kedalam nerakanya Cho Kyuhyun! Bersiaplah~
***
Cho Kyuhyun POV
Jadi dia calon istriku? Cantik sih… tapi cantiknya sedikit berbeda. Ada aura-aura aneh yang tidak bisa kujelaskan. Yang jelas, dia sedikit menarik. Ingat! Sedikit ya! Jangan salah paham! Aku sudah punya yeoja!
Mungkin kalian bertanya-tanya, bisa-bisanya aku memiliki yeojachingu, padahal sebentar lagi aku akan menikah. Jawabannya, karena aku ingin mempermainkan yeoja lebih banyak lagi. Yeoja itu tidak penting! Habis manis, sepah dibuang.
Kebencian ini bermula dari kecintaanku pada yeojachinguku saat aku SMA dulu. Aku sangat mencintainya sampai-sampai aku rela diet -walaupun aku sudah terlihat kurus- hanya karena dia tidak ingin aku gemuk. Dan masih banyak lagi pengorbanan lainnya.
Disaat aku dan dia janjian disuatu tempat. Kulihat dia mencium salah seorang namja yang kukenal, temanku Hyukjae. Hatiku langsung retak seketika. Menutup semua pintu bagi semua yeoja. Semua hanya angin bagiku. Tidak ada yang spesial.
Makanya aku sangat benci pada yeoja –kecuali eomma dan Ahra noona-. Tapi karena sebentar lagi aku menikah, aku harus mempermainkan lebih banyak wanita lagi. Entah kenapa aku senang kalau mereka sakit hati.
Kulangkahkan kakiku kesini… tidak mungkin… kenapa kakiku melangkah ketempat kotor ini? Dari mana kau belajar nakal Cho Kyuhyun? Aih… tapi kakiku benar-benar bergerak diluar perintah… aku benar-benar tidak tentu arah.
“ahjussi… sojunya lagi!” ujarku. Kesadaranku sudah tinggal setengah. Aku menghabiskan 6 botol sekaligus. (ih Kyu… kau lebai sekali… seperti diriku ini #plak)
“maaf tuan muda… sojunya sudah habis… lagipula kau sudah mabuk…”
“kubilang lagi! Akan kubayar berapapun!” ujarku dengan kesadaran menjadi 25 % lagi.
“maaf tuan, sojunya sudah habis…”
“arkhhh bodoh! Ini uangnya!” aku meninggalkannya sambil berjalan sempoyongan. Astaga kenapa badanku berat sekali? Aku mau pingsan saja.
“hup!” tiba-tiba sepasang tangan memegang bahuku dari depan.
“sedang apa kau mabuk-mabukkan begini? Ckck… kenapa aku punya calon suami sepertimu yah?” eh? calon suami?
Kupertajam pandanganku yang tadi buram. Yeoja… dia yeoja yang tadi? Sedang apa dia disini? Aihhh…
“ini… tolong kau yang menyetir!” ujarku memberikan kunci mobilku padanya. Tidak perduli dia bisa menyetir atau tidak, aku benar-benar ingin pingsan.
“cih kau ini menyusahkan! Bisa-bisa nya kau mabuk! Untung aku bisa menyetir!” kepalaku yang berat langsung jatuh kepundaknya. Kepalaku benar-benar tidak bisa di toleransi. Benar-benar pusing.
“aih… apa-apaan kau ini! Minggir! Cepat masuk!” dia mengelak dan mendorongku kejok belakang. Dia ini yeoja atau apa? Kenapa kasar sekali sih? Seperti benar-benar membenciku saja.
***
“omona~ kenapa kau mabuk begini nak? Ayo ayo masuk…” kata eomma padaku. Nam Ri, eh Nam Ri kan namanya? Ah iya, dia mengantarku ke kamar, eomma yang menyuruhnya.
“lain kali kalau kau mabuk, aku tidak mau membopongmu! Kau berat!” dia menatapku sinis dan ingin meninggalkanku, tapi kutarik tangannya.
“gomawo…” aku tersenyum padanya.
“lepaskan… anggap saja tidak pernah terjadi…” dia menepis tanganku. Eh? yeoja ini kelainan ya? Biasanya yeoja-yeoja yang aku perlakukan seperti itu langsung ‘klepek-klepek’, lah dia? Hem… (maklumin aja Kyu… golongan darah gua AB -..- #so?)
Dia yeoja yang menarik. Kita lihat saja nanti, sampai kapan kau tidak akan terpukau dengan pesona seorang Cho Kyuhyun!
***
Next day~
Kim Nam Ri POV
“menikah???” tanya mereka syok. Aku mengangguk pelan.
“kau sudah gila? Umurmu baru 19 tahun, Nam Ri! 19! Kau sudah gila?” ujar Eun Kyo.
“ini semua demi eommaku…”
“lalu bagaimana dengan Donghae?” tanya Rye Min.
“molla… aku juga bingung…”
“apa kau akan tetap kuliah?” Shi Rin akhirnya angkat bicara.
“semoga…”
“apa calon suamimu tampan?” Pletak!!! Jitakan kuayunkan (?) kekepala Min Rie. Bisa-bisanya disaat seperti ini dia bertanya seperti itu.
“Yha! Aku hanya bercanda! Aish kau ini…”
“kapan kau menikah?” tanya Yoon Ja.
“besok…”
“BESOK???” tanya mereka serempak. Aku mengangguk lagi. Mereka ini berlebihan sekali. Apa reaksinya harus selebay itu? aishhh
“ini parah sekali! Parahhh!!! Parahhh!!!” Eun Kyo pusing sendiri.
“apa Donghae tau soal ini?” tanya Hyun Na. Aku angkat bahu.
“semoga tidak…”
***
Seusai kuliah, seperti biasa aku akan pulang dengan transportasi umum. Ya… untuk menghemat biaya. Terkadang aku berjalan kaki meskipun aku tahu, jarak antara kampus dan rumahku itu tidaklah dekat.
Kini aku masih di lorong kampus, baru saja tadi dari ruang guru. Si Park berulah lagi. Dia menyuruhku menyelesaikan tugas Bahasa Inggris dengan menggunakan flashdisk. Flashdisk itu kan mahal! Dia kira aku punya harta karun apah? Gila!
“Nam Ri…” astaga… jangan bilang…
“aku tahu semuanya…” oke, aku akan pingsan sekarang.
“selamat…” aku berbalik. Tampaklah namja yang tersenyum kaku padaku. Entah kenapa aku jadi merasa bersalah padanya. Seharusnya aku baisa saja melepaskan seorang namja. Hem… mungkin karena dia terlalu baik padaku, sampai-sampai aku merasa hutang budi padanya.
“mianhaeyo… jeongmal mianhae… kita harus berhenti sampai disini…” aku menunduk. Tiba-tiba dia memelukku erat. Huhhh jangan marah Nam Ri! Dia frontal lagi… huft untung saja, lorong ini sedang sepi, kalau tidak?
“saranghae… aku akan senang jika kau juga senang… berbahagialah…” dia terisak. Haduhhh aku paling tidak tega kalau sudah melihatnya menangis.
“jangan menangis Hae… aku tidak pantas untuk kau tangisi…” aku mengusap air matanya.
“terima kasih sudah ada dalam hidupku Nam Ri… aku sangat bersenyukur bisa bertemu denganmu…” dia tersenyum. Benar-benar tegar.
“ne… aku juga… sampai jumpa… aku pamit…” aku mencoba tersenyum padanya. Sepertinya dia benar-benar mencintaiku. Ahhh masa bodo lah… semoga saja dia menemukan yang lebih baik dariku.
Oh oke, besok aku sudah resmi menjadi istri si pemabuk itu. Aishhh mimpi apa aku bisa menikah dengannya? Apa aku bisa mencintainya? Cih… kata menjijikkan itu lagi. Sudahlah, tidak usah dipikirkan.
Cho Kyuhyun POV
“kita putus… bye…” ujar ku ketus. Tiba-tiba dia menarik tanganku.
“hey apa-apaan kau ini! Seenaknya saja memberi keputusan! Jelaskan apa alasannya!” aish yeoja ini menyebalkan.
“besok aku mau menikah…” dia syok. Matanya melotot kaget seperti hendak keluar. Kemudian matanya memerah, dia hendak menangis.
“hiks… kau tega sekali Kyu… kenapa kau seperti ini?”
“ah sudah ya… aku mau pulang… aku sibuk…” aku meninggalkannya sendirian.
“KYUUU!!! KEMBALI!!!” dia berteriak memanggil namaku tapi aku pura-pura tidak mendengarnya. Dasar yeoja, berisik, menyebalkan dan membuat repot. Kapan sih seorang yeoja bisa membuat aku nyaman didekatnya? Membuat pandanganku berubah bahwa yeoja itu tidak semuanya menyebalkan? Kurasa tidak ada.
***
Next Day~
Kim Nam Ri POV
Hari yang aku takuti tiba… hari pernikahanku. Disinilah aku, disamping Kyuhyun, aku memakai dress panjang hampir se betis dengan corak indah. Kyuhyun juga eummm aku tidak mau munafik, aku akui dia tampan dengan toxedo putihnya itu.
Aku hanya diam seribu bahasa ketika dia menyebutkan janji nya. Dipikiranku hanya berkelebat tentang kejadian nanti. Apa dia akan menyentuhku? Aigoo… apa yang kau pikirkan Nam Ri? Fokus! Fokus!
***
@Kyuhyun’s home
Setelah acara pernikahan, aku menuju rumah Kyuhyun. Untuk sementara aku dan Kyuhyun tinggal di rumah Kyuhyun, eomma juga diajak tinggal disana dan diberi kamar sendiri, tapi beliau menolak. Padahal sudah kupaksa habis-habisan, tapi dia tetap menolak. Alhasil, aku menyerah. Aku putuskan untuk berkunjung saja ke rumah eomma setiap hari.
Oh iya, kau mau tahu apa yang dilakukan Kyuhyun setelah kami resmi menikah? Dia TIDUR! T-I-D-U-R! Astagaaaaa mimpi apa aku? Apa dia salah makan? Dia benar-benar… huaaaaahhh!
Huft padahal sekarang baru jam 7 malam dan dia sudah molor, mendengkur pula! Huahhh awas saja kalau sampai dia membuat pulau kecil di kasur kami, aku akan pindah kamar! Kalau perlu aku tidur di rumah ku saja!
Aku berjalan menuju jendela. Aku baru menyadari kalau kami benar-benar… luasss bahkan mungkin ini bisa melebihi rumahku yang kecil bin unik itu (?). kamar mandinya saja… beuhhh mungkin aku bisa mengajak teman-temanku hingga kita bisa mandi ber 7 disana (lebay).
Malam ini indah sekali, bulannya bulan purnama dan ada beberapa bintang yang mengelilinginya. Sungguh ciptaan Tuhan yang tiada tandingannya. Aku menoleh kearah Kyuhyun yang masih tertidur.
“mungkin kita memang tidak saling mencintai… tapi aku akan berusaha menjadi istri yang baik untukmu…” gumamku.
***
“hei, bangun!” aih suara siapa sih ini? Mengganggu saja.
“Nam Ri, bangun!” suaranya agak sedikit meninggi.
“NYONYA CHO! IREONA!” aku langsung tersadar. Hei Nam Ri bodoh! Sekarang kau sudah menjadi istri Cho Kyuhyun! Bagaimana kau bisa lupa akan hal itu?
“ne ne… aku bangun…” aku mengucek-ucek mataku. Aku baru menyadari kalau… posisi kami…
“MENYINGKIR KAU! HUAAA!!!” aku mendorongnya kesamping karena tadi dia duduk diatas pahaku. Astaga mukaku panas, sialan!
“reaksimu berlebihan… aku kan hanya membangunkanmu… lagipula, kau pikir aku hendak melakukan apa? Menyentuhmu? Sama sekali tidak! Aku masih ingin menikmati masa muda! Aku belum siap jadi appa~” dia mengeloyor keluar kamar.
“siapa juga yang sudi kau sentuh, dasar!!!”
Part 2.


Kim Nam Ri POV
Hari ini aku kuliah, dan ahjumma memaksa Kyuhyun untuk mengantarku. Aihhh pasti yeoja-yeoja di sekolahku akan histeris karena bertemu dengan namja tampan seperti dia.
“kampusmu dimana?” tanyanya saat kami berada di mobil.
“di dekat persimpangan di sana lalu belok kiri…” ujarku. Ternyata jarak dari rumah Kyuhyun ke kampus lebih dekat dari jarak rumahku ke kampus!
Dia yang sudah mengetahui seluk beluk daerah ini pun mulai melajukan mobilnya. Tampang seriusnya ketika menyetir ingin membuatku tertawa! Lucu sekali.
“kau pulang jam berapa?” tanyanya saat kami sudah sampai.
“tidak tahu… mungkin siang… mungkin juga sore…”
“kalau mau pulang sms aku! Sini, berikan ponselmu!” dia mengambil ponselkudan mengetikkan sesuatu disana.
“ini nomerku… ingat, sms aku! Awas kalau kau pulang dengan yang lain atau jalan kaki!” ancamnya, uuu menyeramkan!
“ne ne…” aku meninggalkannya di gerbang, takut ada seseorang yang menyadari keberadaannya.
“whoaaa Nam Ri, ternyata dia suamimu? Omona~ tampan sekali~” ujar Shi Rin. Langsung saja kujitak kepalanya dengan penuh dendam membara (?).
“yak! Dia punyaku!”
“uooo sekarang pakai embel-embel ‘punyaku’ ahahhha secepat itukah kau mencintainya? Atau, kalian sudah lama mengenal?” tanya Min Rie.
“ihhh kalian ini! Sudah ah, aku mau ke kelas!” kataku pada mereka. kenapa sih mereka itu selalu iseng? Aku sedang tidak mood untuk dijadikan bahan isengan (?).
Aku menyusuri lorong kampus, ahhh aku jadi ingat sesuatu… ah tidak-tidak… aku tidak perduli. Jangan pikirkan itu Nam Ri… kau sudah punya suami! Ihhh biasanya aku begitu mudahnya melupakan namja, tapi kenapa sepertinya Donghae susah sekali ya?
“hai…” glek! Suara itu!
Kuberanikan untuk mengangkat wajahku kedepan. Tidak jauh dariku, seorang namja tengah berdiri sambil tersenyum kaku padaku. Yah… dia, Lee Donghae. Kenapa aku harus bertemu dengannya disaat seperti ini?
“hai juga…” aku tersenyum kecut. Dia berjalan mendekatiku, dan tiba-tiba saja dia memelukku hangat.
“bogosshipeo…”
“hem! Maaf Donghae-a… aku sudah punya suami…” aku melepaskan pelukannya dan meninggalkan dia sendirian. Apa-apaan sih dia, tiba-tiba saja memelukku.
“selamat ya…” ujar nya dari jauh. Suaranya bergetar. Oh, jangan lagi~
“ne, gomawo…” aku harus segera pergi dari tempat ini. Dekat-dekat dengannya tidak baik untukku.
***
Cho Kyuhyun POV
Cih, apa-apaan eomma ini. Masa’ sesudah mengantar Nam Ri, aku harus menjemputnya lagi! Aihhh tapi apa boleh buat, dia kan istriku. Jadi aku harus perhatian padanya walaupun aku malas melakukannya.
Oh iya, ngomong-ngomong, tadi malam aku benar-benar tertidur pulas? Dia tidak membangunkanku? Hem… sepertinya dia belum siap untuk tahap itu, dan mungkin aku harus mulai terbiasa dulu dengan kehadirannya.
Kenapa sih aku dari tadi hanya memikirkannya? Seperti tidak ada yang lain saja! Oh, ngomong-ngomong apa yang akan aku lakukan pagi ini? Main game? Ahhh tidak-tidak, aku sedang tidak mood bermain benda hitam itu.
Ah aku sedang ingin jalan-jalan, tapi kemana ya? Mungkin ke toko buku? Ah iya, toko buku! Siapa tahu aku dapat buku bagus dari sana!
Aku langsung menyambar kunci mobilku, bersiap-siap pergi, sampai suara eomma mengagetkanku.
“ya… mau kemana pengantin baru ini? Hah?”
“mau jalan-jalan ke toko buku…” ujarku dingin.
“hey… bagaimana malam pertamanya?” eomma menyenggol sikutku.
“lumayan… aku sangat nyenyak tidur semalam… hoahhh” aku merenggangkan tanganku.
“hah? Tidur? Maksudmu, kalian tidak melakukannya?”
“aih eomma ini… dia masih 19 tahun, masih kuliah… sedangkan aku? Aku masih ingin menikmati masa mudaku dan belum mau dipanggil ‘appa’! ah sudahlah, aku pamit dulu, dahhh” aku langsung bergegas menuju mobil sebelum terdengar suara yang merusak gendang telinga siapapun.
***
Sudah hampir setengah jam aku bolak-balik di toko buku ini, tapi belum juga mendapatkan buku yang menarik. Uahhh tau begini, lebih baik aku dirumah saja!
“Kyuhyun?” kudengar seseorang memanggil namaku, sontak aku menoleh.
“Seohyun? Aigoo… lama tidak bertemu ya!” dia hanya tersenyum.
“oh iya, kau ada waktu? Aku ingin mengajakmu jalan, boleh?” aku hanya mengangguk. Dari pada aku hanya bengong mencari buku?
Oh iya, Seohyun, dia adalah temanku saat kuliah dulu, dia anaknya baik dan cantik. Tapi bukannya aku menyukainya, hanya itu yang terlihat darinya. Aku dulu sempat dekat dengannya tapi karena aku pindah rumah, kami tidak bertemu lagi.
“tell me, kenapa kau pergi begitu saja tanpa kabar? Hah?” semprotnya saat kami mampir di kafe dekat toko buku tadi.
“hehe… eomma dan appa ada urusan, jadi kami pindah mendadak. Mianheyo…” aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
“oh oke… hmmm… kau sudah punya yeoja?”
“eh? memangnya kenapa?” tanyaku bingung sambil sesekali menyeruput kopi hangat ku. Udara akhir-akhir ini dingin, oleh karenanya aku suka pakai mantel tebal.
“kau mau jadi pacarku?” jeger!!! Apa-apaan dia?
“de? Kau gila ya? Kesurupan? Aigoo… kurasa kau benar-benar sudah gila…” dia meletakkan kopinya di meja.
“aku serius… aku sudah menyukaimu sejak dulu, aku ingin menyampaikannya, tapi kau malah pindah… kau, menyukaiku juga kan?” yeah… aku akui dulu aku pernah menyukainya, ingat! Hanya suka! Tapi sekarang tidak.
“itu dulu… sekarang tidak!” jawabku dingin.
“waeyo? Kurasa kalau sedikit pendekatan kau bisa menyukaiku lagi?” aku berdiri dari dudukku.
“maaf, aku harus pergi… senang bertemu denganmu…” aku meninggalkan dia yang terduduk kaku. Apa-apaan sih dia?
“Kyu… aku mencintaimu! Jangan buat aku menangis karenamu!” dia menarik tanganku. Menangis?
“maaf… tapi aku sudah punya istri…” dia melepaskan tanganku, memandangku dengan air mata yang sudah menggenang.
“aku pamit, annyeong…” lanjutku dan kembali melangkahkan kakiku menuju mobil. Aku harus pulang. Ternyata keputusanku untuk pergi hari ini benar-benar buruk.
***
“Yha!!! Kemana saja kauuu!!! Aku sudah hampir sejam menunggumu disini! Kenapa lama sekali???” aish yeoja ini berisik sekali. Ingin rasanya kusumpal mulutnya itu pakai gabus.
“tadi aku ketiduran, dan baru baca sms darimu…” jawabku santai.
“aihhh tau begini mendingan aku jalan kaki saja!” gerutunya.
“sudah, ayo naik!” kudorong dia sampai terduduk di jok depan, disamping pengemudi.
Aku mengemudi dengan sedikit pelan, tapi entah kenapa aku mengarahkan mobil ku bukan ke rumah, tapi menuju restoran yang kebetulan kami lewati.
“kok kita kesini?” tanyanya bingung.
“aku lapar… kau juga belum makan, kan? Sudah ikut saja!” kutarik tangannya. Kalau tidak ditarik, dia pasti akan hilang seperti anak kucing yang lepas dari talinya (sialan lo kyu! #plak)
Kulihat dia hanya menurut ketika kuajak (lebih tepatnya memaksa) dia untuk makan di restoran ini. Kulihat dia tidak henti-hentinya membuka mulutnya saking kagum dengan interior restoran ini. Aihhh mimpi apa aku sampai punya istri senorak dia?
“selamat sore… kalian mau pesan apa?” tanya seorang pelayan pada kami.
“aku pesan Risotto dan tortellini…” kataku pada pelayan itu. Kebetulan kami ada di restoran italia. Kulihat wajah Nam Ri yang bingung saat melihat menu-menu di buku daftar menu tersebut. Aih pasti dia tidak tau!
“pesan 2 porsi ya…” lanjutku.
“baiklah… Risotto dan tortellininya 2 porsi, mohon menunggu, terimakasih…” pelayan itu membungkuk kearahku dan pergi dari hadapan kami.
“kau jahat sekali… aku kan tidak tau nama makanan-makanan disini… huh!” sungutnya memanyunkan bibir, huahaha lucu sekali! Eh? lucu?
“hahaha… kau tidak pernah diajak ke restoran mahal ya? Dasar norak!” ceplosku. Namun kulihat air mukanya berubah jadi sedih. Aduh Kyu… kau bodoh sekali.
“ah, mianhae… bukan maksudku untuk…”
“tidak apa… gwaencana…” potongnya.
“oh iya… kau tahu? Aku sangat iri padamu… kau punya appa, eomma, dan Ahra onnie… sedangkan aku? Aku hanya ada eomma… aku tidak punya appa dan tidak mau mempunyai appa seperti dia… tidak bertanggung jawab… hiks…” dia menunduk, tidak lama kemudian dia mengelap air matanya.
“aih kenapa aku jadi nangis begini? Ini semua gara-gara kau! Dasar babo!” dia menunjukku.
“Aku? Kenapa aku? Siapa suruh kau menangis?” aih mulutku ini benar-benar tidak bisa dijaga.
“huh…” dia hanya menggembungkan pipinya kesal.
“ehm… maaf soal appamu… aku tidak bermaksud untuk mengungkitnya…” nah! Seharusnya dari tadi kau minta maaf! Dasar mulut bodoh!
“gwaencana… tidak usah canggung begitu padaku… kita kan teman!” dia tersenyum lebar. Segera kujitak kepalanya.
“teman kepalamu! Aku ini suamimu bodoh!”
“huh… ternyata kau menganggapku ya? Kukira tidak…” dia mengelus kepalanya yang kujitak tadi.
“permisi… ini pesanan anda… terimakasih… selamat makan…” pelayan itu membungkuk lagi.
“ne… cheonma…” dia segera berlalu.
Aku makan dengan tenang, tapi aku melihat kearah Nam Ri. Yaampun yeoja ini… makannya sampai belepotan begitu! Dia itu bisa makan tidak sih?
“kau ini! Makan sampai belepotan… payah sekali!” aku mengusap bibirnya dengan tisu. Kemudian aku menegang ketika melihat bibir mungilnya. Kyuhyun kau apa-apaan!
“mianhae… aku lancang…” aku segera menghentikan aktivitasku.
“hahaha… mukamu merah! Ahahha lucu sekali!” dia memegang perutnya. Sial, anak ini memang kurang peka. Baguslah! Setidaknya dia tidak tahu kalau jantungku sudah seperti lari maraton.
***
“hey… kau sudah tidur?” kataku menoel bahunya. Dia berbalik, sekarang kami berhadapan.
“mau apa?”
“tidak apa-apa… hanya bertanya…” kataku masih menatapnya. Dia menaikkan sebelah alisnya.
“kenapa kau menatapku seperti itu? Kau membuatku takut!” dia memukul pelan bahuku. Lalu dia kembali memunggungiku.
“apa kesanmu saat pertama kali kita bertemu?” tanyaku tiba-tiba.
“kau seperti setan…” jawabnya tanpa berbalik kearahku. Segera ku toyor kepalanya. Ada ya istri mengatai suaminya sendiri dengan sebutan ‘setan’?
“awww…” dia hanya memegang kepalanya.
“kau itu tidak pernah pacaran ya? Atau tidak laku?” kataku asal ceplos. Akhirnya dia berbalik, tapi dengan raut wajah kesal.
“enak saja, aku itu laku tau!” dia memeletkan lidahnya, aku hanya tertawa garing.
“sudah ah… jangan ganggu aku… aku mau tidur, besok mau bangun pagi!” dia kembalki memunggungiku.
“untuk apa bangun pagi? Besok kan hari libur!”
“sssttt!!! Berisik!!!” dia menarik selimut sampai menutupi kepalanya. Ah yasudah lah, memangnya aku perduli dia mau apa?
***
Kim Nam Ri POV
“ya! Ireona!” aku mengerjapkan mataku, huah sudah pagi ternyata.
“huahhh!!! Minggir!!!” kudorong dadanya kesamping. Wajahnya tadi sangat dekat dengan ku. Sial! Jantungku kemana? (?)
“kau kasar sekali sih… aku kan suamimu~” dia menyilangkan tangannya.
“masa bodo ah~ aku mau mandi~” segera kusambar handukku. Huahhh aku sangat suka hari libur… aku mau jalan pagi ah…
“dengan ku saja! Aku juga mau mandi!” dia berjalan mendekatiku.
“diam disitu! Jalan satu langkah saja… akan kulempar kau keluar jendela!” dia berhenti sesaat sambil mengeluarkan smirknya. Sial.
BLAM!!! (keinget komik miiko deh gue -.-)
Huahhh saat nya mandi… pasti segar sekali…
“lalala…lalala…lalala…” aku bergumam saat aku mandi. Eh sebentar, sepertinya aku lupa sesuatu. Aku lupa bawa bajuku! SIAL!
Dengan menggunakan handuk sampai setengah paha aku membuka sedikit pintu kamar mandi.
“hei… bisa kau ambil kan bajuku diatas tempat tidur? Aku lupa membawanya…” kataku pada dia yang sedang bermain sesuatu berwarna hitam yang kuyakini adalah psp.
“punya tangan, kan? Ambil saja sendiri…” jawabnya ketus. Aih dia jahat sekali. Akhirnya aku berjalan ngibrit mengambil bajuku setelah berusaha mempertahankan agar handuk babo ini tidak lepas.
“whoa… kau berani juga ya!” dia meletakkan pspnya, memandangku dengan tatapan setannya.
“diam kau! Dasar mesum!” aku langsung berlari kecil menuju kamar mandi dan dengan cepat menguncinya. Fiuhhh aku harus extra hati-hati. Kyuhyun benar-benar berbahaya.
***
“ahjumma… aku pergi olah raga dulu ya? Annyeong…” aku pergi menuju luar rumah, sampai tiba-tiba ahjumma memanggilku.
“aish kau ini… panggil eomma saja… kau kan menantuku!”
“n-ne eomma…” kataku kaku.
“oh iya, Kyuhyun! Kau temani dia berolahraga…” eomma nya Kyuhyun menyuruh Kyuhyun menemaniku berolahraga. Aih sial! Aku pasti tidak akan khusyu’ berlari (?)
“aku malas eomma~” rengeknya. Ih kayak anak kecil!
“cepat-cepat ganti bajumu! Temani dia!” akhirnya Kyu hanya menurut perintah eommanya. Dia kembali dengan celana trainingnya.
“kami pamit eomma…” ujar Kyuhyun malas.
“ne… hati-hati ya!” aku hanya melambaikan tanganku.
***
“ya! Kau baru berlari sedikit sudah mau minum? Payah!” katanya.
“sedikit katamu? Heyyy! Ini bahkan lebih dari aku berlari mengelilingi lapangan sekolah 20 kali! Dasar tidak waras!” aku mengibaskan tanganku, membuat angin.
“tunggu disini, aku akan beli minum…” ujarnya meninggalkanku. Baguslah, tidak usah capek-capek aku minta, dia sudah menawarkan diri.
“huahhh panas…” aku mengedarkan pandanganku ketempat lain, banyak anak kecil dan… eh siapa disana?
“Dong… hae?” gumamku. Sosok itu semakin mendekat kearahku.
“hai…” ujarnya sumringan. Aku hanya tersenyum kecut.
“panas ya? Pakai ini!” dia menyodorkan handuk kecilnya untukku, tapi aku menolaknya dengan sopan.
“kebetulan sekali kita bertemu disini… aku juga suka olahraga pagi… kita memang berjodoh!” ujarnya.
“ehem…” aku menyadarkannya.
“aku hanya bercanda kok! Haha…” dengan seenaknya dia menepuk kepalaku.
“Donghae-ah… berapa kali kubilang? Aku sudah jadi milik orang lain… aku bukan milikmu lagi… kita tidak memiliki hubungan apa-apa lagi!” aku menyingkirkan tangannya.
“maafkan aku… mungkin aku terlalu egois… mianheyo…”
“maaf mengganggu kalian…” Kyuhyun datang membawa 2 botol minuman dingin. Dia memberikan satunya padaku.
“gomawo…” ujarku.
“cheonmaneyo chagiya…” ngekkk? Chagiya? Aku menoleh kearahnya, tapi dia pura-pura tidak melihatku.
“oh iya, perkenalkan… aku Cho Kyuhyun, suami dari Nam Ri…” dia menekan kata suami pada Donghae. Ini anak kenapa pula?
“oh… jadi kau suaminya? Senang bertemu denganmu… kau sangat beruntung bisa memiliki permata seperti dia…” Donghae melihat kearahku, aku melotot kesal padanya.
“emmm sepertinya aku yang mengganggu event kalian… aku pamit dulu, annyeong!” akhirnya Donghae kembali berjalan melewati kami.
Aku yang notabenenya haus bagai tidak minum 1 tahun (lebe), langsung menenggak cepat minuman dingin yang Kyuhyun berikan. Leghaaa…
“ayo pulang… aku capek!” dia meninggalkanku sendirian.
“hei tunggu dulu… katanya kau tidak capek! Kok sekarang mendadak capek?” tanyaku menghentikan langkahnya.
“kalau kau tidak mau pulang, aku bisa pulang sendiri…” dia kembali melangkahkan kakinya menjauh. Orang ini memang aneh, tidak bisa kutebak apa isi kepalanya itu.
***
Author POV
Tidak dirasa, sudah sebulan Nam Ri tinggal bersama Kyuhyun. Tapi biaspun begitu, dia tetap menyempatkan diri menjenguk eommanya setiap hari. Menurutnya, eomma nya benar-benar berarti baginya.
Hubungan Nam Ri dan Kyuhyun? Mereka semakin dekat tapi masih suka berantem tidak jelas hanya gara-gara hal sepele. Heran… padahal mereka sudah menikah tapi tindakan mereka?
“kau harus cepat-cepat cari pekerjaan! Aku tidak mau punya suami pengangguran!”
PLETAK!
Jitakan empuk dilayang kan oleh sang evil kepada pasangan sesama evilnya (?). semua orang pasti akan geleng-geleng saat melihat mereka berdua.
“yak! Appoyo!” Nam Ri meringis memegangi kepalanya.
“aku sedang mencari pekerjaan… kau diamlah…” Kyuhyun membaca koran dengan seksama.
“kau aneh sekali… padahal ayahmu memiliki perusahaan besar, kenapa dia tidak mewarisinya padamu?”
“aku ingin mandiri, jadi aku bilang pada beliau kalau aku ingin mencari pekerjaan sendiri…”
“hoooaaahhh kalau begitu aku tidur dulu ya… sudah jam 9 malam… bye!” Nam Ri langsung bergelut dengan selimutnya, meninggalkan Kyuhyun di meja kerja yang terletak di kamar mereka. Kyuhyun masih berusaha mencari pekerjaan.
Kim Nam Ri POV
01:30 A.M
Aduhhh kebiasaan sekali, udara dingin begini aku kebelet mulu. Sepertinya selimut ini tidak berguna. Mungkin kalau dikumpulkan sampai 15 tumpukan baru bisa melindungiku dari udara dingin…
Aku berjalan gontai menuju kamar mandi dengan sempoyongan. Setelah aktivitas dikamar mandi telah kuselesaikan, aku kembali ke tempat tidur. Tapi pandanganku terhenti ketika seonggok (?) namja tertidur diatas meja kerjanya.
Kyuhyun? Tidak biasanya dia seperti ini… biasanya dia malas dan langsung tidur tanpa kusuruh, tapi apa ini? Kenapa dia masih disini? Pasti dia kedinginan… aku saja yang pakai selimut masih kedinginan.
“huhhh kau menyusahkan ku lagi Kyu! Dasar babo!” aku menggotongnya berjalan menuju tempat tidur. Fiuhhh beratnya. Mungkin sejak kecil dia sering makan batu sampai seberat ini!
Tiba-tiba tanganku ditarik olehnya. Ternyata matanya telah terbuka, dia sadar. Baguslah!
“apa?” tanyaku dingin.
“aku kedinginan…”
“itu kan ada selimut! Tinggal dipakai apa susah nya sih?” kataku ketus.
“aku benar-benar kedinginan…” dia menarik tanganku hingga aku jatuh menimpa badannya. Kepalaku jatuh ke dadanya. Astaga, jantungku pasti hilang lagi! Aku kan capek mencarinya! (?)
Dia menghela napas berat, tapi aku seperti menyadari sesuatu, dadanya panas. Tanganku bergerak menuju keningnya, panas. Eh, dia demam!
“diam disini…” aku menyelimutinya dan bergegas menuju dapur.
Aku menyiapkan kompress dan teh hangat untuknya. Lalu beberapa menit kemudian aku kembali ke kamar.
“lain kali jangan terlalu memforsir tenagamu… sudah tahu sedang menjelang musim dingin tapi kau malah begadang… paboya…” aku meletakkan kompres di keningnya.
“ini kubuatkan teh hangat… kata eommaku ini sangat baik diminum kalau sedang sakit apalagi dingin-dingin seperti ini…” aku menunjuk teh yang kuletakkan di meja duduk disampingnya. Dia hanya mengangguk.
“yasudah… aku mau tidur… hoahmmm” aku berbaring di sampingnya, memunggunginya. Kau mau tahu kenapa aku selalu memunggunginya? Karena aku tidak bisa tidur kalau melihat mukanya. Aku takut dan deg-deg an. Aku juga tidak mengerti perasaan itu, karena dari dulu aku tidak pernah jatuh cinta jadi tidak mengerti yang begituan! (?)
Tiba-tiba aku merasakan sesuatu melingkar dipinggangku, dan ada sesuatu lain yang menggelitik telingaku. Huaaa apa ini???
“heh… lepaskan… aku mau tidur…” ujarku se dingin mungkin meskipun disisi lain aku harus menenangkan detak jantungku.
“aku kedinginan… jebal sebentar saja…” dia menenggelamkan kepalanya di tengkukku. Aduhhh mana bisa tidur kalau begini???
“Hei… aku tidak bisa tidur kalau begini! Menyingkirlah!” tidak ada jawaban.
“tuan Cho tolong lepaskan aku…” masih tidak ada jawaban. Aku sedikit menoleh kebelakang… ternyata dia sudah tidur! -.-
“baiklah… aku akan bersedia diperlakukan seperti ini, karena kau sakit aku bisa toleransi. Kalau yang lain? Awas saja… kujamin kau tidak bisa melihat psp kesayanganmu itu lagi…”
Tbc
Part 3.
Author POV
“Ya! Bangun kau!” Nam Ri mengguncangkan tubuh suaminya tapi nihil, dia tidak bergeming.
“aku hitung sampai 3, kalau tidak bangun juga…” Nam Ri mengambil benda kotak berwarna hitam yang terletak di meja duduk.
“… tamat riwayat psp mu!” lanjutnya.
“oh oke, Aku bangun! dasar berisik!” Kyuhyun menggaruk kepalanya gusar. Nam Ri tersenyum penuh kemenangan.
Mereka akhirnya turun kebawah untuk sarapan. Dibawah, orang tua Kyuhyun dan juga Ahra onnie sudah menunggu.
“akhirnya pengantin baru datang juga, ahahahha…” goda Ahra, tapi Kyuhyun tidak memperdulikannya.
Kursi di ruang makan hanya 5, dan 3 dari 5 kursi sudah terisi. Dengan terpaksa, Nam Ri harus duduk di sebelah Kyuhyun.
“bagaimana hubungan kalian?” tanya appa Kyuhyun.
“baik-baik saja…” jawab Kyuhyun cuek, sedangkan Nam Ri fokus dengan selai coklat di rotinya.
“oh iya, ngomong-ngomong kalian kan belum bulan madu!” kata Ahra yang disambut dengan tersedaknya Kyuhyun.
“kalian ini… cepatlah memberikan eomma cucu!” kata eommanya Kyu menambahkan. Kali ini giliran Nam Ri yang tersedak.
“uhuk… uhukkk…” Ahra memberikan air putih pada Nam Ri dan langsung ditenggak habis oleh Nam Ri.
“kalian mau bulan madu dimana?” tanya appanya Kyu.
“aku mau ke Paris…” ujar Kyuhyun sambil melahap rotinya.
“kalau Nam Ri?” Ahra bertanya. Namri hanya menggeleng.
“buat apa tanya dia? Dia kan tidak tau apa-apa~” Kyuhyun meledek. Nam Ri hanya menghela napas berat.
“aish Kyu! Lain kali ngomongnya yang lembut dong… dia kan istrimu…” nasehat Ahra. Kyuhyun hanya mendengus kesal.
“Yasudah… kalian bicarakan sendiri mau kemana dan kapan… lalu katakan pada appa…” Kyuhyun mengangguk.
Kim Nam Ri POV
Haduh… ahjumma menyuruh kami bulan madu, otthokeh? Bagaimana nasib eomma? Bagaimana kalau saat kami bulan madu, beliau kenapa-kenapa? Tidak ada yang menjaganya… otthokeh?
“apa yang kau lakukan? Dari tadi hanya mondar-mandir seperti setrikaan, membuatku pusing saja!” perkataan Kyuhyun tidak kuhiraukan.
“aduh… otthokeh? Otthokeh?” gumamku sambil memegang dagu. Bagaimana nasib eomma? Masa’ aku harus membawanya bulan madu juga? Yaiyakali… -.-
“kau ada masalah?” aku berhenti mondar mandir dan menatapnya aneh.
“kalau ada masalah ceritakan saja…” Dia menatapku sambil duduk sila di atas tempat tidur. Bodohnya aku malah bengong.
“kalau tidak mau cerita yasudah…”
“aku bingung…” potongku. Dia menaikkan alisnya sebelah. Aku berjalan mendekati tempat tidur, lalu ikut duduk sila dihadapannya.
“kalau kita pergi bulan madu, bagaimana nasib eommaku? Dia sendirian… tidak ada yang merawatnya nanti. Otthokeh? Otthokeh?” aku mengguncangkan kedua bahunya.
“aish kau ini berlebihan… ajak saja beliau tinggal disini, gampangkan?” jawabnya santai.
“babo saram… dia tidak mau tinggal disini… otthokeh?” aku pusing sendiri.
Tiba-tiba dia beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Dia mengambil handuknya dan hendak masuk ke kamar mandi.
“kau mau mandi? Memangnya mau kemana?” tanyaku.
“aku mau berkunjung ke rumah mertua…” mertua? Eommaku dong!
“mwo? Mau apa kau?”
“mau minta izin menculik putrinya…” dia langsung ngeloyor ke kamar mandi.
MENCULIK???
***
Tok… Tok… Tok…
Kyuhyun mengetuk pintu rumahku. Hem… kalau boleh jujur, dia sangat tampan dengan balutan gardigan pendek abu-abunya. Huahhh! Baru kali ini aku benar-benar memperhatikan seorang namja.
Tidak lama kemudian, pintu itu terbuka. Nampaklah seorang wanita yang berumur berkisar 50 an. Meskipun begitu, wajahnya awet muda seperti wanita berusia 40 tahunan. Dialah eommaku, eommaku tercinta.
“wah… tumben sekali menantuku yang tampan ini berkunjung, ayo masuk-masuk…” eomma mempersilahkan kami masuk dan duduk disofa.
“tunggu sebentar, biar eomma siapkan minum…” aku langsung berdiri.
“no no no! Eomma tidak boleh capek… biar aku yang buat!” aku langsung bergegas menuju dapur.
Beberapa menit kemudian, aku datang membawa 3 gelas sirup rasa jeruk. Saat aku datang, mereka sudah tertawa bersama seolah-olah mereka adalah teman akrab. Aku memandang mereka bingung.
“Yha~ apa yang kalian tertawakan?” tanyaku sambil meletakkan gelas ke meja.
“sssttt… kau jangan bocorkan hal tadi? Arasseo? Haha…” eomma berbisik pada Kyuhyun, namun sengaja sedikit di besarkan agar aku mendengarnya. Kyuhyun hanya manggut-manggut tidak jelas.
“apa yang kalian sembunyikan???” tanyaku. Kyuhyun meminum sirup yang kubuat,tidak menghiraukanku. Eomma juga sama saja. Akhirnya aku hanya bisa menahan kesal dalam hati.
“ayo Nam Ri, kita pulang…” Kyuhyun dengan ‘seenaknya’ menarik tanganku.
“loh? Kok pulang? Kau tidak jadi…”
“selamat berbulan madu sayang…” potong eomma. Loh? Ada apa ini? Kenapa eomma bisa tahu? Apa yang direncanakan sibodoh ini?
***
“apa yang tadi kau bicarakan dengan eomma?” tanyaku saat dia hendak tidur.
“rahasia…” dia malah menarik selimut hingga menutupi kepalanya.
“huh… lalu, bagaimana dengan eommaku?”
“kau tenang saja… aku sudah mengirimkan pembantu tetap disana, kau tidak usah khawatir…” jawabnya tanpa membuka selimut. Ih cuek sekali sih dia?
“jeongmal? Gomawoyo…” aku tersenyum walaupun aku tau dia tidak melihatnya.
“hmmm…” jawabnya malas. Hem, kira-kira apa ya yang akan terjadi saat kami bulan madu? Arkh! Tidak usah dipikirkan Nam Ri! Hanya buang waktumu saja!
***
3 days later…
Cho Kyuhyun POV
Hari ini kuantar dia kuliah. Rencananya sih saat dia pulang nanti, aku langsung ‘menculik’nya ke Paris. Masalah pakaian, tiket, hotel dan tetek bengek yang lain, sudah kuurus jauh-jauh hari.
“nanti saat kau pulang, tunggu aku digerbang! Jangan pulang jalan kaki atau yang lain! Awas kau…” aku mengancamnya saat sedang di depan kampusnya. Aku mengantarnya dengan mobil.
“ne! Dasar berisik~” dia langsung ngeloyor pergi.
Hem… kadang aku suka bingung. Apa kami suami-istri? Lalu kenapa kami selalu bertengkar? Tidak ada romantis-romantisnya. Heyyy… apa aku mengharapkannya? Huh… aku tahu, dia pasti membenciku! Pernikahan kami ini tidak didasari dengan cinta, melainkan urusan bisnis dan hutang keluarganya pada keluargaku. Tapi, apa dia masih ingat kalau kami pernah bertemu? Kurasa tidak.
#flashback
“Hei!!! Copet!!! Kemari kau!!!” seorang yeoja mengejar seorang namja yang kuyakini adalah copet. Mereka melakukan kejar-kejaran di tempat yang sedikit lengang, dan kebetulan aku ada di dekat sana untuk membeli minuman dingin.
Saat aku hendak mengambil minuman dari dalam mesin minuman, tiba-tiba seseorang menabrakku dari belakang. Ternyata yang menabrakku adalah yeoja tadi yang tidak lain dan tidak bukan adalah Nam Ri.
“Mianhae… HEI! KEMARI KAU! COPEEETTT!!!” dia langsung meninggalkanku yang mematung. Sepertinya dia tidak melihat wajahku dengan jelas dan aku sedang memakai kaca mata gaya.
Baru kali ini aku melihat yeoja yang seperti itu. Abstrak, jujur, dan lugu. Semua yang dilakukannya tidak ada kebohongam dan sesuai dengan dirinya yang sebenarnya. Tidak ada jaga image ataupun munafik. Sosok yeoja yang tampil apa adanya.
#end of flashback
Kuketuk kepalaku pelan. Ada-ada saja aku mengingat hal itu. Ckck tidak penting! Kurasa aku jadi ikut-ikutan gila karena yeoja abstrak tak berbentuk itu (?).
Aku sudah menyuruh pembantuku untuk mengurus barang-barang Nam Ri. Sekitar jam 2 nanti, aku akan menjemputnya di kampus, lalu aku ‘menculik’nya kemobil. Ke bandara dan menyuruh Pak Kim (sopirku) untuk membawa mobilku dan selesai… semoga rencanaku berhasil dan si ‘abstrak’ itu tidak merusak semuanya.
Aku juga bingung pada orang tuaku, mengapa mereka menyuruh kami bulan madu dan cepat-cepat punya anak? Mereka benar-benar menyebalkan. Aku tidak mau menyentuhnya sebelum aku dan dia saling mencintai, jadi… jangan banyak berharap kalau aku akan melakukannya dalam waktu dekat ini.
Kim Nam Ri POV
Sial! Donghae membuntutiku terus! Apa sih yang dia mau? Aku jadi ingin memukulnya, arghhh…
“kau mau apa?” akhirnya aku berhenti dan angkat bicara tanpa berbalik kearahnya.
“hah?” tanyanya bodoh. Aku berbalik mentapnya kesal.
“kenapa kau membuntuti ku terus sih?”
“siapa yang membuntutimu? Aku mau pulang… kan jalurnya sama…” babo! Aku lupa! Aih… aku malu sekali…
“oh begitu? Yasudah!” aku meninggalkannya, tapi tiba-tiba saja dia menggamit tanganku.
“sebentar dulu Nam Ri…” ujarnya.
“mau apa sih?” kutepis tangannya.
“eum… oh iya, apa suamimu sudah menyentuhmu?” tanyanya.
PLAK!
Kutampar pipi kanannya. Kurang ajar sekali dia!
“bukan urusanmu! Jaga tata kramamu! Kau bukan siapa-siapa aku lagi! Jauhi aku! Aku benci Donghae yang seperti ini!” aku memalingkan wajahku darinya. Sejak kapan dia jadi tidak sopan begini? Dia benar-benar berubah.
“aku sudah berusaha, tapi itu sia-sia. Kau selalu menghantui pikiranku! Aku tidak bisa melakukannya!” wajahnya memelas. Sungguh aku benar-benar ingin meninjunya.
“tidak ada yang tidak bisa didunia ini!” kataku sambil melotot padanya.
“ada yang tidak bisa kulakukan di dunia ini, yaitu melupakanmu…” tiba-tiba dia merengkuh wajahku dan dengan lihainya, dia mencium bibirku. Sedetik kemudian aku baru tersadar fan mendorong tubuhnya.
“BRENGSEK!!!”
BUGGG…
Kulayangkan tinjuku ke hidungnya tanpa ragu-ragu. Hidungnya mengeluarkan sedikit bercak darah karena tinjuanku.
“Rasakan!!!” aku langsung meninggalkannya. Tapi, tiba-tiba langkahku terhenti begitu seseorang berdiri tepat di depanku. Kuangkat kepalaku.
“Kyu… hyun?” tanyaku bingung. Apa harus kubilang kalau wajahnya 1000 kali lebih menyeramkan dari singa yang tidak makan 1 tahun?
Dia menatapku lama sekali. Pandangannya menusuk. Aku benar-benar takut melihatnya hari ini. Dia benar-benar berbeda, ada aura hitam didekatnya.
Kemudian tatapannya beralih ke Donghae. Sekilas kulihat wajah Donghae ketakutan melihat Kyuhyun. Lalu Kyuhyun melangkah mendekati Donghae hingga mereka berhadapan.
“kuperingatkan padamu… Cho Nam Ri adalah istriku. Sekali lagi kau mendekatinya atau melakukan hal yang kurang ajar padanya, akan kupastikan kau akan menginap di Rumah Sakit selamanya!”
Kyuhyun berbalik lalu menatapku sejenak. Tiba-tiba dia menarik tanganku kuat hingga aku sampai berjalan terseok-seok. Sebenarnya dia kenapa? Dia tidak mungkin cemburu kan? Ah, kau jangan terlalu banyak berharap Nam Ri! Dia tidak mungkin mencintaimu!
Sepanjang perjalanan, dia hanya fokus menyetir. Alhasil, suasanan jadi tegang dan aku. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Jujur, aku takut melihatnya seperti ini. Lebih baik dia meledekku atau memarahiku dari pada begini. Aku tidak tau apa yang dia rasakan, tapi yang pasti, dia sedang amrah sekarang.
Sesampainya di rumah, dia tetap dingin. Bahkan dia meninggalkanku sendirian di mobil tanpa sepatah kata pun! Dia benar-benar membuatku khawatir! Dia kenapa? Apa aku harus bicara padanya? Uah… tapi aku benar-benar takut!
“enggg… Kyu… mianhae… bukan maksudku begitu. Dia melakukannya tiba-tiba dan aku…” aku tidak bisa menyelesaikan katakataku. Lidahku terlalu kelu. Terasa berat untuk bicara.
“aku tau…” dia berbalik. Dan yang lebih menghawatirkan, dia malah tersenyum padaku. Hey? Aku tidak salah lihat kan?
“kau masih mencintainya kan?” lanjutnya.
“mencintainya? Ah tidak… kau salah paham…” kataku.
“tidak usah mengelak… aku tau kau dan dia pernah berhubungan. Aku tau dari eommamu.” Oh bagus! Apalagi yang sudah eomma bocorkan padanya?
“itu benar. Aku memang pernah berhubungan dengannya, tapi aku tidak pernah mencintainya! Sekalipun! Kau percaya padaku, kan?” tanpa sadar aku menggenggam kedua tangannya. Aih, reflek macam apa ini? Yasudahlah… biarkan saja… sudah terlanjur.
“haha… tentu saja aku percaya! Kau kan bodoh! Tidak tau apa itu cinta? Iyakan? Buahahha…” dia tertawa sambil memegang perutnya. Nah, ini baru Kyuhyun yang kukenal.
“sialan kau!” kupukul pelan bahunya. Ternyata dia hanya bercanda? Huh! Actingnya bagus sekali! Lebih baik dia jadi pemain film saja! Siapa tau dia bisa menjadi aktor terbaik dan mendapat award?
Cho Kyuhyun POV
“sialan kau!” dia memukul bahuku pelan. Melihatnya tersenyum saja sudah membuatku menghilangkan masalah begitu saja! Dasar cewek ajaib!
Oh iya! Aku hampir lupa membawanya ke Paris! Bodoh! Ini semua gara-gara Lee Donghae sialan itu! Seenaknya saja dia mencium istri orang! Aku bahkan belum pernah menciumnya! Sialan!
“hey bodoh! Tutup matamu sebentar!” kataku pada Nam Ri.
“kau mau apa?”
“sudah turuti aku saja!”
“kau mau macam-macam ya?”
“aish kau ini, selalu berburuk sangka pada suami sendiri! Sekali-sekali berpikirlah positif tentangku!” kusentil jidatnya.
“aish… wajahmu saja sudah setan begitu, bagaimana aku bisa percaya?” kata Nam Ri.
“sudahlah… kau cerewet sekali! Tinggal tutup mata apa susahnya sih?” akhirnya dia menutup matanya walau sedikit menggerutu.
Aku melangkah mengambil slayer hitam untuk menutup matanya. Tidak mungkin Nam Ri akan tetap menutup matanya utuk mengikuti rencanaku! Impossible!
Kututup matanya lalu menarik nya menuju mobil. Semua barang-barang kami sudah dimobil dan seharusnya rado aku langsung ke bandara. Cih~ ini semua gara-gara si ‘abstrak’ ini!
“hei… aku mau dibawa kemana? kau mau menculikku ya? Tolonggg!!!” kujitak kepalanya. Dia berisik sekali sih! Seperti kaset rusak saja.
“percuma saja kau minta tolong… tidak akan ada yang menolongmu! Aku kan suamimu… mana ada seorang suami menculik istrinya sendiri?? Dasar bodoh!” akhirnya dia hanya diam dan menurut. Lalu aku menyuruh Pak Kim untuk emnyupir mobil agar dia membawa mobilku pulang sesampainya di bandara nanti.
“Kyuhyun! Ini dimana? Kenapa berisik begini?” tanyanya. Setelah semua barang diturunkan oleh Pak Kim, aku menyuruhnya pulang. Baru kubuka slayer yang menutup mata Nam Ri.
“Nah… sekarang kau boleh buka matamu…” matanya terbelalak lebar. Tuh kan… pasti dia norak lagi deh. Jangan bilang dia tidak pernah naik pesawat, ckck… memprihatinkan.
“untuk apa kau membawaku kesini? Kita mau kemana?”
“ke Paris… kau oernah naik pesawat tidak? Hem… kurasa tidak!” kataku santai dan langsung mendapat cubitan di lenganku.
“sialan! Ya pernah lah!” dia menggembungkan pipinya kesal.
“ah sudah-sudah… ayo pergi!” kutarik tangannya dan satu tangan lagi membawa koper. Semoga saat sampai di Paris nanti dia tidak menyusahkanku! Awas saja! Kutendang dia kembali ke Seoul!
To Be Countinued…
Part 4
Cho Kyuhyun POV
Yeoja ini norak sekali sih… baru beberapa menit pesawat lepas landas, dia langsung tidur? Astaga… dia punya kelainan sepertinya… ckck
Pluk!
Kepalanya jatuh kepundakku. Rambutnya yang lumayan panjang menutupi hampir seluruh wajahnya. Wajahnya kalau sedang tidur benar-benar damai.
Kurapikan beberapa anak rambut yang menutupi wajahnya. Huft… sebenarnya yeoja ini cantik kalau tidak cerewet dan suka marah-marah. Sikapnya itu benar-benar seperti namja. Aku saja kaget waktu tadi dia meninju wajah Donghae. Ahhh sudah! Aku tidak mau mengingatnya lagi!
Kim Nam Ri POV
Hoahm… sudah sampai belum ya? Sekarang sudah dimana? Sekarang jam berapa? Aku tidur berapa menit ya? Hem… sepertinya masih belum sampai?
Eh? kok aku…
“huahhh…” aku langsung duduk seperti semula.
“kau benar-benar menyusahkan… aku jadi tidak bisa tidur karena ulahmu yang tiba-tiba duduk di pahaku… aduh, pahaku kram sepertinya!” dia pura-pura memijat pahanya.
“aku tadi tidak sadar… kau sendiri bukannya memindahkanku! Atau membangunkanku! Dasar babo!” aku membuang muka. Aduh wajahku panas sekali. Kenapa tiba-tiba aku tidur di pangkuannya? Perasaan tadi aku menyender ke kursi. Arghhh…
***
“whoa…” kataku saking kagumnya dengan interior kamar hotel yang akan kami tempati. Oh oke… boleh aku norak? Ini benar-benar luas! Kau tahu lapangan sepak bola? Nah! Kurasa itu sebesar kamar ini! (ih sumpah nam… lu lebai banget… mana ada kamar hotel segede gitu? -..-)
“aduhhh capek…” dia langsung merebah di kasur yang luar biasa indah itu. Aku mendekatinya lalu duduk di pinggir kasur sambil melihat interior kamar ini. Masih terkagum-kagum dengan kamar mewah ini.
“Kyu… kamar ini benar-benar indah…” aku menoleh kearahnya… GLEK! APA YANG DIA LAKUKAN???
“KAU!” aku membentaknya.
“apa? Kenapa?” jawabnya tanpa dosa.
“PAKAI BAJUMU!!! HIAHHH!!!” kulempar dia dengan bantal, tapi dia menangkapnya dengan tanggap.
“tidak mau… panas…” ujarnya sambil bersandar ditempat tidur. Dia mau menggodaku? Cih~
“yasudah… aku pergi saja…” aku melangkahkan kakiku keluar, tapi dia menahanku.
“mau kemana?”
“mau jalan-jalan…”
“aku ikut…”
“tidak boleh!”
“kenapa?”
“kau tidak pakai baju!”
“lalu? Kau tergoda? haha”
“menyebalkan!” kudorong dia kekasur. Naas nya dia malah menarik tanganku dan otomatis aku juga jatuh bersamanya. Aduh… hampir sedikit lagi kami berciuman. Ini parah! Sialan!
“ihhh apaan sih!” aku langsung memberontak dan melepaskan diri darinya.
“kau yang apaan… baru seperti itu saja wajahmu sudah merah! Payah!” merah? Bagus sekali! Dasar wajah tak bermoral! (?)
“kau jadi ikut tidak? Atau aku pergi sendiri?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.
“hih… kau kan tidak bisa bahasa inggris, jangan sok-sok an pergi tanpaku!” bingo! Kau benar! Oke! Aku menyesalkan diriku yang tidak terlalu mendengarkan Park seongsaenim saat mengajarkan bahasa inggris. Benar-benar menyesal!
***
Sudah hampir setengah jam kami berkeliling mencari tempat makan, tapi belum dapat juga. Huhhh dimana sih tempatnya perutku sudah keroncongan ini! Huahhh…
Akhirnya kami menemukan restoran di dekat jalan. Aihhh perutku apa masih berbentuk? (?). aku akan memakan apapun yang ada disana! Demi apapun! Aku lapar!!!
“hei… pelan-pelan makannya… kau membuatku malu!”
“kau pindah tempat saja… kau malu kan kalau dekat-dekat denganku?” jujur, aku sedikit sensitif mendengar dia berkata itu. Entah kenapa aku sakit sekali mendengarnya. Seolah-olah dia tidak menginginkan keberadaanku.
“bukan begitu… aku menyuruhmu untuk makan pelan-pelan agar tidak tersedak…”
“aku sudah kenyang…” aku meletakkan garpu dan sendok di piring yang makanannya masih tersisa seperempat itu. Dia membuat nafsu makanku drop!
“kok…” ucapannya terputus begitu seorang yeoja mendekati kami.
“Kyuhyun? Benarkah ini Cho Kyuhyun, temanku saat kuliah? Omona~ lama tidak bertemu!” tiba-tiba dia memeluk Kyuhyun di depanku. Astaga, yeoja ini tidak sopan santun! Tidak jauh beda dengan Donghae!
“kau Hyun Jin? Haha iya lama tidak bertemu…” Kyuhyun melepaskan pelukannya. Aku jadi merasa tersesat disini. Merasa diasingkan.
“maaf… permisi…” yeoja bernama Hyun Jin itu menoleh kearah ku. Matanya menyuruhku untuk menyingkir dari bangku yang sedang kududuki. Bangku di meja kami hanya 2, otomatis aku berdiri.
Kyuhyun sebenarnya sudah berulang kali ingin memutuskan pembicaraan, tapi yeoja itu sudah seperti bebek! Mulutnya tidak bisa diam bahkan sedetik pun! Mungkin saat ibunya mengandung dia dulu, beliau suka makan kaset rusak! (?)
Karena merasa tidak dianggap, aku pergi begitu saja. Kau pikir aku bodoh melihat kalian berdua berbincang, Cho Kyuhyun? Kau yang bodoh karena sudah menelantarkan aku! Dasar setan tidak waras!
Cho Kyuhyun POV
Aih… kenapa aku harus bertemu yeoja berisik ini di Paris? Mulutnya itu seperti kaset rusak yang dipaksakan untuk diputar. Suaranya cempreng tapi tidak mau berhenti!
Kulihat Nam Ri keluar dari restoran dan meninggalkan kami. Kacau! Ini gara-gara yeoja sialan ini!
“ehm… maaf Hyun Jin… aku harus pergi… senang bertemu denganmu…” aku baru mau melangkah tapi dia menahanku.
“mau kemana? Aih… kita kan sudah lama tidak bertemu!”
“aku harus menyusul istriku…”
“istri?”
“iya… yeoja yang kau usir dari tempat duduk nya… dia istriku…” aku langsung meninggalkan wajah syoknya. Kemana dia? Dia menghilang? Good!
Kim Nam Ri POV
“ehm… excuse me sir… are you know where  the eiffel tower?” tanyaku pada seorang namja dengan bahasa inggris belepotan.
“sure…” dia menjelaskan belokan dan dan jalan yang harus kulalui. Meskipun aku tidak mengerti dia bicara apa, tapi gerakan tangannya membuatku mengerti. Untung saja~
Akhirnya aku menyusuri jalanan ini sendirian. Aku sedikit takut, tapi kalau aku mengingat bagaimana yeoja tadi yang tiba-tiba datang dan memeluk Kyuhyun, cih~ aku jadi ingin memakan mereka berdua! (wah gua kanibal -.-)
Lupakan soal itu! Aku membencinya!
Soal menara eiffel, aku sering baca di buku-buku kalau menara eiffel itu indah. Walau hanya melihatnya di internet atau buku-buku, aku belum puas kalau belum melihatnya langsung! Aku ingin melihat indah nya benda itu.
Eh? ini sudah sampai dimana ya? Mana menaranya? Kok aku tidak sampai-sampai? Ah! itu dia!
“whoa…” seperti biasa, aku selalu terkagum-kagum ketika melihat sesuatu yang baru. Tapi kalau kau jadi aku, kau pasti akan mengatakan hal yang sama, bukan? Eiffel di waktu malam memang sangat indah!
Gara-gara terlalu terpukau dengan pemandangan, aku sampai-sampai menabrak orang! Aish paboya!
“mianhae…” ups! Bodoh! Kau ini di paris! Kenapa ngomong bahasa korea? Jeongmal baboya!
“kau orang korea?” ternyata dia bicara bahasa korea. (bahasa korea dari mana? Ini bahasa indonesia! -..-)
“ne… kau juga, ya?” tanyaku.
“ne… namamu siapa?” tanyanya padaku. Wajahnya cantik, putih. Sepertinya dia orang baik!
“Kim Nam Ri imnida~ kau?”
“namaku Seohyun…” dia sedikit membungkuk padaku.
“oke Seohyun-ssi… apa yang kau lakukan di Paris ini? Senangnya bisa bertemu orang dari tanah air…” kataku padanya sambil menatap indahnya menara. Kebetulan ada bangku panjang, jadi kami duduk disana.
“aku? Aku sedang liburan kesini bersama orang tuaku, tapi karena mereka sedang sibuk, jadi aku jalan sendiri kesini… kalau kau?”
“aku sedang bulan madu…” aku sedikit menunduk, malu.
“bulan madu? Wahhh pasti beruntung sekali ya yang jadi suamimu! Kau cantik!” mwo? Aku cantik? Cih~ andai kau tahu sifat ku sebenarnya, aku yakin kau akan menarik lagi ucapanmu itu.
“hehe… gomawo…” beberapa detik kemudian kami terdiam, larut dalam pikiran masing-masing. Oh iya, apa Kyuhyun tidak khawatir padaku? Ah untuk apa aku menghawatirkannya? Pasti dia sedang bermesraan dengan yeoja tadi!
“NAMRI!!!” aku menengok ke sumber suara. Seorang namja tengah berlari sambil mengeluarkan banyak peluh didahinya. Aku tidak salah lihat? Dia mencariku?
“dari mana saja kau? Aku mencarimu bodoh!” Kyuhyun terengah-engah mengatur nafasnya. Tapi yang kulihat malah wajah Seohyun. Wajahnya nampak bingung.
“Kyuhyun?” tanyanya. Eh? dia kenal suamiku?
“kau…” dia kehabisan kata-kata. Seohyun menoleh kearahku.
“jadi dia istrimu?” mereka ini bicara apa? Mereka saling kenal? Kok aku tersesat lagi ya? -.-
“Nam Ri… ayo pulang!” dia menarik tanganku tiba-tiba, namun aku menepisnya.
“kau ini kenapa sih? Bertindak semaunya! Aku masih mau disini! Aku tidak mau jadi orang bodoh yang melihat kau bicara yang tidak kumengerti dengan yeoja lain! Aku disini mau berlibur! Bukan untuk melihat kau merusak semuanya!” dia terdiam. Huh dasar setan, baru digituin aja langsung ceming! #plak
“Nam Ri… ayo pulang…” suaranya melembut.
“tidak mau! Pulang saja sendiri! Aku bilang aku masih mau disini!” kubentak dia.
“kubilang pulang!!!” dia balik membentakku.
“sudahlah Kyuhyun… dia kan tidak mau pulang, biarkan saja…” Seohyun emnengahi. Kini Kyuhyun menoleh dengan tatapan garang.
“tidak usah ikut campur!” Kyuhyun langsung menarik tanganku kuat sekali. Mereka ini kenapa sih! Seperti pernah bermusuhan saja! Ahhh aku belum puas liat menara eiffel!!! Ini semua gara-gara Kyuhyun babo!
***
“mianhae…” ujarnya saat kami sudah sampai di hotel. Aku hanya tertidur berusaha tidak mendengarnya. Seperti biasa, aku memunggunginya.
“Nam Ri… maafkan aku…” dia mengguncangkan badanku, tapi aku biarkan saja.
“aku tau kau belum tidur…” aku langsung membuka mataku, sekilas kulihat dia sedikit tersenyum waktu aku membuka mataku.
“bisakah kau diam? Yang terhormat, tuan Cho?” aku sedikit menekan kata-kataku.
“kau maafkan aku dulu…”
“tidak mau!”
“wae?”
“gara-gara kau memaksaku pulang, aku tidak bisa melihat menara eiffel dengan puas!” aku menyilangkan tanganku. Dia hanya tersenyum.
“yasudah… besok kita kesana, ara?” dia menepuk kepalaku ringan. Dengan segera kusingkirkan tangannya.
“kau kenal yeoja di restoran? Kau juga kenal Seohyun? Kau ini merusak suasa sekali sih! Mereka itu siapa? Yeoja-yeojamu? Kau playboy ya?” tanyaku borongan.
“kau cemburu?” dia menyeringai. Tuh kan mulai lagi!
“cemburu? Hih… jangan harap! Cepat jawab!” kataku berusaha menenangkan diri. Tidak mungkin! Tidak mungkin aku menyukai iblis itu! Andwae!
“aku memang punya banyak yeoja… makanya aku famous! huahahha”
“cih~ bilang saja kau playboy!” semprotku.
“memangnya kenapa? Kau playgirl juga kan?” sial! Dia tau kartuku!
“tau dari mana kau?”
“dari eomma mu~ hahaha” eomma… apa aku boleh memutilasi dirimu? #plak
“Seohyun? Dia siapamu?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.
“dia dulu teman lamaku ketika di kampus. Tapi dia pernah memaksaku untuk menjadi pacarnya, makanya aku kurang suka dengannya…” aku membulatkan mataku sempurna. Yeoja itu menembak Kyuhyun? (dor! Dor! #apasihnam? -.-)
“kenapa kau menolaknya? Waeyo? Dia kan cantik!” kataku.
“kubilang padanya kalau aku sudah punya istri…” istri? Aku dong!
“mwo? Hanya itu? Kau kan playboy… jadi kau kan bisa selingkuh dibelakangku, tapi kenapa kau tidak mau melakukannya?” tanyaku. Tiba-tiba dia mendekatkan wajahnya pada wajahku. Celaka!
“kau benar-benar mau tau kenapa? Cho Nam Ri-ssi?” aku bisa merasakan aroma tubuhnya dari dekat. Nafasnya menerpa wajahku. Celaka! Ini diluar rencana! Nam Ri, kau berhasil membangunkan seekor singa yang lapar!
“n-ne…” kataku takut-takut. Dia membelai rambutku. Dia mau apa! Oksigenku direnggut olehnya! Kambing! (loh?)
“itu karena…”
“tidak! Aku tidak mau tau!” aku dorong tubuhnya menjauh. Dia menyeringai menunjukkan senyum setannya yang sudah lama tak terlihat.
“kenapa? Kau takut ya? Ahahha…” aku menarik selimutku menutupi seluruh badanku.
“masa bodo! Aku mau tidur!” tiba-tiba sesuatu yang hangat memelukku dari luar selimut.
“selamat tidur… nyonya Cho…” huft. Bisakah dia tidak membuatku terbang atau melayang? Dia suka sekali bersikap seperti ini. Membuatku merasa nyaman kalau berada di dekatnya. Membuatku merasa kalau dia merasakan hal yang sama ketika berada di dekatku.
Tapi, kalau melihat dia dengan yeoja lain, keakraban mereka, membuatku jatuh, down. Membuat hatiku retak karena tingkah lakunya. Sampai kapan kau akan membuatku begini? Aku tahu aku memang bukan siapa-siapa yang berhak kau cintai, tapi bisakah kau hormati aku? Aku istrimu!
***
Cho Kyuhyun POV
Pagi ini aku berniat mengajaknya berjalan seharian. Yahhh aku merasa bersalah membuatnya tidak puas melihat menara eiffel dan lagi-lagi karena ulahku. Aku memang namja bodoh!
“ayo kita ke DisneyLand!” dia tersenyum sumringan sambil loncat-loncat kegirangan saat aku mengajaknya jalan-jalan. Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya. Dia seperti anak kecil.
***
“HUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!” aku berteriak histeris. Tapi berbeda dengannya, wajahnya seperti anak kecil yang baru mendapat 10 permen gulali.
“INI MENYENANGKAN! HUAHAHAHAHA…” teriaknya.
#sesampainya di bawah
“air… air…” aku kehausan. Kerongkonganku seperti hilang ketika kami turun dari roller coaster.
“ayo naik itu!” dia menunjuk biang lala. Dia itu tidak perah ke taman bermain ya? Ih, pasti norak lagi deh…
“Nam Ri… aku capek! Ayo duduk dulu… huahhh” aku mencari tempat duduk.
“kau duduk saja… aku naik kesana, oke? Bye!” dia berusaha meninggalkanku, tapi dengan cepat kucegah.
“oke-oke… aku naik!” masa’ hanya segitu saja kau capek Kyu? Buktikan kalau kau lebih kuat darinya!
Akhirnya kami menaiki biang lala. Dia tersenyum sumringan sambil melihat pemandangan. Dan lagi-lagi, dengan cepatnya aku melupakan rasa capekku hanya karena melihatnya tersenyum. Aku tidak tau ini perasaan apa, tapi aku nyaman berada di dekatnya.
***
Sore ini kami mampir di Sungai Seine. Aku sangat tertarik untuk melihat terbenamnya matahari. Kami berdua duduk di kursi panjang yang yang mengarah menghadap sungai.
“indah…” ujarnya.
“ne… sangat indah…” kataku mengiyakan.
“terimakasih… kau sudah mengajakku untuk berjalan-jalan, kau benar-benar baik sekali, teman!” apa dia bilang? Teman?
Pluk!
Dengan sekali jitakan, aku sudah bisa membuatnya meringis.
“berapakali aku bilang, aku suamimu… sampai kapan sih kau akan menganggapku teman? Bukannya seseorang yang… eummm spesial…” dia menatapku bingung.
“ya! Setidaknya anggaplah aku suamimu! Bukan teman!” kataku mengelak.
“oh… eummm menurutku, suatu hubungan itu, dimulai dari pertemanan… seseorang dengan lawan jenisnya, harus berteman dulu, lalu kalau mereka semua sudah terbiasa satu sama lain, mereka akan bersahabat… lalu kalau mereka tidak bisa terpisah, namanya mereka memiliki hubungan spesial yang mengikat mereka, itulah cinta…” syok! Itulah kata yang sedang kualami. Seorang Nam Ri ternyata berpikiran seperti ini?
“kalau begitu, menurutmu, hubunganku denganmu sudah sampai tahap yang mana?” tanyaku.
“musuh…” jawabnya enteng.
“yha! Jangan mengarang! Dari tahap-tahap yang kau bilang tadi, tidak ada tahap musuh!” dia tertawa ringan.
“mungkin, kita sudah memasuki tahap… eummm sahabat?” dia memegang dagunya. Sahabat? Berarti dia belum menganggapku spesial?
“baiklah, kita sahabat…” aku mengulurkan tanganku, dia menyambutnya dengan suka cita.
“sahabat!”
***
“kita mau kemana lagi?” tanyanya. Aku hanya fokus melihat pemandangan. Kami bepergian dengan bus umum yang berwarna merah. (author ga tau anmanya apaan #Plak)
“yha… kau tuli? Aku bicara padamu!” dia mengguncangkan badanku.
“ketempat dimana kau akan tersenyum sumringan dan berkata ‘whoaaa’!”
“eiffel? Yeaaahhh…” dia tersenyum sumringan lagi. Aku merasa tidak sia-sia membawanya kesini. Dia lebih sering tersenyum padaku. Aku sangat menyukainya saat tersenyum. Menenangkan hatiku.         (gombal gelaaa! #plak)
“whoa…” ujarnya saat kami sudah sampai di menara eiffel. Aku sengaja membawanya malam hari, karena suasana di malam hari lebih indah dengan lampu-lampu berwarna-warni.
“tuh kan… sudah kubilang… pasti kau berkata itu…” aneh. Perasaan kemarin dia sudah kesini, tapi kenapa masih norak?
“aku mau lihat dari dekat!” dia berlari mendekati menara. Tapi kulihat caranya berlari benar-benar jelek, seperti orang yang akan jatuh.
“ya! Pelan-pelan!” teriakku dari jauh.
“uaaa!!!” dia jatuh dengan mulusnya ke aspal. Dasar yeoja bodoh!
“kau tidak apa-apa?” kataku mendekatinya. Dia langsung berdiri dan tersenyum.
“i’m alright!” eh tunggu, dia terluka!
“Nam Ri… dahimu luka.” Aku mengeluarkan sapu tanganku.
“ah… sudahlah… nanti juga sembuh! Aku mau kesana!” dia berlari lagi sambil tersenyum. Lukanya itu mengeluarkan darah yang agak banyak. Tapi apa dia tidak merasakannya? Huh dia membuatku khawatir!
***
Aku menggendongnya sampai masuk ke hotel. Tidak perduli orang-orang melihatku dengan tatapan aneh, aku tetap menggendongnya. Menggendong di punggungku.
“huahhh kau berat sekali…” kataku saaat meletakkan (?) dia di kasur.
Aku segera mengambil obat untuk mengobati lukanya. Dia ini kalau sudah senang lupa segalanya. Lihat darahnya sampai seperti itu! Dasar yeoja babo!
“ah maaf aku membangunkanmu?” kataku saat matanya terbuka ketika aku mengobatinya.
“perih…” matanya agak sedikit menyipit. Sepertinya perih.
“sudah kubilang jangan lari, tapi kau tetap berlari! Kau yang bodoh!” dia hanya nyengir tidak jelas.
“nah, sudah! Jangan dilepas kalau kau mau sembuh!” kataku sambil menunjut kapas dengan betadine yang terplester (?) di keningnya.
“gomawo…” dia tersenyum.  Aku mengangguk.
***
“kok pulang?” dia mengerucutkan bibirnya begitu kubilang hari ini kami akan kembali ke Seoul.
“ne… kalau kau tidak mau pulang, aku tinggalkan kau disini” kataku sambil membereskan baju.
“aku masih mau disini…”
“bersamamu…” lanjutnya. Aku menoleh bingung.
“aku masih mau main sama Kyuhyun… huaaa” dia ngambek tidak jelas. Main? Dikira aku anak kecil? Hih dia MKKBB sekali sih! (Masa Kecil Kurang Bahagia Banget)
“ya… kalau aku punya waktu kita main-main lagi kesini…” ujarku. Akhirnya dia berhenti.
“jinjja? Aigoo… kau memang sahabatku yang terbaik!” dia memelukku dari belakang.
Ini pertama kalinya dia memelukku. Yahhh walau alasannya karena aku yang notabene adalah suaminya, dia menganggap aku ‘sahabat’. Mungkin aku harus menunggu lama untuk mendapatkan hatinya.
***
#sesampainya di Seoul (author ga mau repot, jadi di cut ajah #plak)
“bagaimana jalan-jalannya?” tanya eomma.
“menyenangkan eomma! Aku bisa melihat menara eiffel!” ujar Nam Ri sumringan.
“kalian sudah melakukannya?” tanya Ahra noona. Glek!
“melakukan apa onnie?” tanya Nam Ri bingung.
“masa’ kau tidak tahu? Melakukan ituuuuuuuuuuu~” Ahra semakin gencar menggoda Nam Ri. Tapi yang ada hanyalah wajah Nam Ri yang kebingungan.
“sudahlah eomma… aku mau ke rumah kami dulu ya?” kataku mulai pamit.
“rumah? Ini kan sudah sampai di rumah…” tanya Nam Ri.
“ini rumah eomma… dan sebentar lagi kita akan akan pergi ke rumah ‘kita’!” jelasku sambil mengambil kunci mobil.
“kau sudah beli rumah?”
“sebenarnya sih sudah lama… tapi kuharap kau suka…” dia hanya mengangguk dan masuk ke dalam mobil.
***
“INI ISTANA! ASTAGA!” dia terkejut melihat rumah yang kubeli. Hanya 2 tingkat, tidak terlalu megah. Kira-kira besarnya hampir sama dengan rumah eomma. Ck! Dia memang selalu berlebihan!
“ayo masuk… biar kutunjukkan kamar kita…” aku mendahuluinya berjalan.
Ekspresinya saat memasuki rumahku tidak jauh beda ketika dia memasuki kamar kami. Ekspresinya, wajahnya, senyumnya, air mukanya… semuanya sama!
“ASTAGA!” aku meninggalkannya yang ber ‘lebay-lebay’ ria. Aku langsung tidur. Badanku remuk semua. Sepertinya aku sudah tidak punya tulang lagi. (ikutan lebay)
***
#malam harinya
Kim Nam Ri POV
“kau yang masak lagi?” tanyaku.
“ne… kenapa? Tidak boleh?” jawabnya dingin.
“tidak kok! Setidaknya masakanmu jauh lebih ‘layak’ untuk dimakan ketimbang masakanku…” aku ngeloyor keatas meja, menunggu makanan.
“enak! ahahha” kataku saat memakan suapan pertama masakannya.
“baguslah…” dia melanjutkan makannya. Kami duduk tidak berhadapan, tapi samping-sampingan.
“kau akhir-akhir ini baik sekali padaku. Aku jadi bingung ingin membalasnya dengan apa…” kataku. Dia menoleh.
“aku ingin minta sesuatu…”
“apa? Pasti kukabulkan kok!” aku tersenyum sambil menatapnya.
“cium aku!” ujarnya enteng. Apa???
“tidak mau!”
“katanya pasti dikabulkan…” dia mengerucutkan bibirnya, pura-pura ngambek.
“oke-oke, aku kabulkan!” mungkin cium pipi tidak apa-apa?
Secepat kilat aku mencium pipi kanannya. Dia sedikit syok. Lalu menoleh.
“kau tidak pernah belajar mencium ya?” ejeknya.
“masih untung kau kucium! Ciumanku ini mahal hahaha!” aku segera minum air putih dan bersiap ke kamar. Aku sudah selesai makan. Tapi dia malah menarik tanganku.
“kau mau tahu ciuman yang sesungguhnya?” dia mendekat.
“a-apa?” aku gugup.
“baiklah, akan kuajarkan padamu…” dia memegang tengkukku dan mendorongnya kedepan. Sehingga bibirku bertabrakan dengan bibirnya. Tangannya yang lain memegang pinggangku. Astaga… ini tidak mungkin! Dia sudah berani menciumku!
Dia melumat bibirku pelan. Tapi lama kelamaan, ciuman ini terasa panas sehingga aku tidak bisa bernapas. Napas nya menggebu menerpa wajahku.
“cu… kup!” kudorong tubuhnya.
“bukan begini caranya! Aku tidak suka caramu! Aku benci dirimu!” aku meninggalkannya dan berlari menuju kamar.
“Nam Ri, tunggu!” dia berusaha mengejar, tapi dengan cepat kututup dan kukunci pintu kamar kami.
Apa aku istri yang baik? Baru di cium saja sudah marah, bagaimana dengan yang lain? Aku tidak siap… aku belum siap menerima semuanya. Aku… aku… maaf Kyuhyun… aku bukan istri yang baik untukmu… hiks…
To Be Countinued
Part 5
Cho Kyuhyun POV
Apa yang telah kulakukan? Aku terlalu sembrono! Aku… ck! Aku benar-benar bodoh! Ada apa denganku? Aishhh… kenapa jadi begini?
“Nam Ri… buka pintunya…” kataku sambil menggedor-gedor pintu kamar kami. Ck! Bahkan kami belum sampai sehari tinggal di rumah ini. Dan itu semua gara-gara aku!
“Nam Ri… mianhe… tolong buka pintunya! Jebal… sebentar saja!” kataku sudah memelas.
Klek!
Tidak lama kemudian, pintu itu terbuka. Tapi aku benar-benar kaget karena dia yang tiba-tiba memelukku. Erat sekali. Aku mendengar suara tangisannya, ini pasti gara-gara aku! (wayoloh kyu! Lu nangisin anak orang! #plak)
“a-aku… aku minta maaf…” ujarnya terbata-bata menahan tangis. Aku benar-benar tidak sampai hati mendengar tangisannya. Lebih baik aku tertusuk sebilah pedang dari pada aku harus membuatnya menangis. (anjir lebe banget)
“uljima… ini bukan salahmu. Maaf kan aku, ini semua salahku…” ujarku mengusap kepalanya. Dia mengangkat kepalanya, menatapku tepat di manik mata.
“ani, ini semua salahku… aku bukan istri yang baik bagimu… hiks, aku…”
“sudah-sudah…” kataku memotong ucapannya.
“tidak ada yang salah, oke? Sekarang ayo kita tidur…” kataku mengajaknya masuk ke kamar. Sekarang aku tidak boleh buat kesalahan lagi. Aku tidak mau ambil resiko dia seperti ini lagi. Sakit sekali mendengar dia menangis.
Akhirnya dia menurut. Seperti biasa, dia tidur memunggungiku. Entah apa yang dipikirkannya sampai-sampai ketika tidur dia tidak ingin melihat wajahku. Apa sebegitu bencinya dia denganku? Huahhh… baru kali ini aku punya yeoja yang rumit seperti dia! Benar-benar menyusahkan!
Tapi bodohnya, aku mulai menyayanginya…
***
“kau hari ini pulang jam berapa?” tanyaku saat hendak mengantarnya ke kampus. Seperti biasa, aku menggunakan mobil kesayanganku.
“mungkin sore, karena aku akan ada pelajaran tambahan untuk tes kelulusan nanti (emangnya ada ya? -.-)” ujarnya sambil merapikan poninya. Aku hanya mengangguk.
“memangnya kenapa?” tanyanya.
“tidak, aku hanya mau menjeputmu…” ujarku.
“oh iya, usahakan kau tidak dekat-dekat dengan Donghae…” lanjutku saat dia hendak turun dari mobil.
“wae?”
“tidak apa, karena menurutku, dia anaknya kurang baik… aku tidak mau kalau kau ikut-ikutan sepertinya” jawabku.
“oh… kukira kau cemburu haha! Bye…” dia langsung menutup pintu dan bergabung bersama teman-temannya. Cemburu? Entahlah, aku hanya merasa kesal kalau dia dekat dengan Donghae. Apa itu yang namanya cemburu? Cih~ aku tidak peduli.
***
Kim Nam Ri POV
“Nam Ri! Tunggu!” aishhh dia lagi. Sampai kapan dia mau berhenti mengejarku? Tidak puas dengan bogem ku waktu itu?
“apa lagi?” tanyaku padanya cuek.
“mianhae…” dia mengulurkan tangannya, meminta maaf. Hei? Kenapa dengan dia? Sudah menyerah? Akhirnya…
“untuk?” tanyaku pura-pura tidak tau.
“untuk yang waktu itu… gara-gara aku kalian jadi bertengkar. Aku mengaku salah… maafkan aku…” dia menunduk. Jangan bilang dia mau menangis lagi!
“baiklah… aku maafkan, asal kau tidak akan mengulangnya lagi!” aku menyilangkan tangan depan dada. Takutnya hanya hari ini dia berubah, besoknya akan sama saja!
“aku punya satu permintaan…” aku memandangnya dengan tatapan bingung.
“mau kah kau kupeluk untuk yang terakhir kalinya?” aku menaikkan kedua alisku. Syok! Mau apa lagi dia? Mau berulah lagi?
“kumohon… aku berjanji tidak akan mengganggu kalian lagi, tapi tolong, sekali ini saja, jebal…” wajahnya memelas. Apa aku harus memeluknya? Jujur, aku tidak mau, tapi dia sudah berjanji tidak akan menggangguku lagi. Bukankah itu sesuatu yang tidak buruk?
“janji?” tanyaku memastikan.
“janji!” jawabnya mantap. Oke aku percaya padanya. Akhirnya aku memeluknya.
Tapi, dia memelukku benar-benar erat, seakan-akan dia harus pergi selamanya dan tidak bertemu denganku lagi. Akhirnya dia melepaskan pelukannya.
“gomawo… Nam Ri-ah! selamat tinggal…” dia tersenyum manis padaku. Aku membalasnya dengan senyum kaku.
“ne, bye…” aku berbalik. Dan kau tau apa yang kulihat?
“Kyu?” sial! Pasti dia akan marah lagi! Kenapa dia selalu datang disaat yang tidak tepat sih?
Wajahnya berubah sedih, itu yang kulihat. Perlahan tapi pasti dia berbalik dan berlari meninggalkan aku. Mau tidak mau, aku harus mengejarnya. Pasti dia marah besar. Untuk waktu itu, mungkin dia akan memaafkanku, tapi kali ini? Aku meragukannya…
“KYUHYUN! TUNGGU!” aku mengejarnya. Peluh keluar dari dahiku. Dia berlari cepat sekali dan sekarang menuju jalan raya. Ah tidak! Ada mobil besar sedang mengarah ke arahnya! Tidak!
“KYUHYUN! AWAS!” kudorong dia kedepan. Aku juga mendorong diriku kedepan agar tidak tertabrak mobil. Tubuh Kyuhyun jatuh keaspal, untungnya dia tidak apa-apa.
Tapi aku? Naasnya di depanku ada batu yang cukup besar. Tinggal mengitung detik, kepalaku langsung menabrak batu besar itu.
“arkhhh…” rintihku. Kepalaku benar-benar sakit. Seperti ditusuk oleh ribuan jarum lalu diberi perasan jeruk nipis. Benar-benar perih sekaligus sakit. Ku beranikan diri untuk meraba keningku. Setelah kulihat, tanganku bersimbah darah. Banyak sekali. Ughhh bau darah… aku benci!
“Nam Ri, gwaencanayo? Ayo kita kerumah sakit! Kau bisa bertahan?” Kyuhyun mengangkat kepalaku ke lengannya. Dia menatapku panik.
“kita akan kerumah sakit sekarang, bertahanlah!” dia mengangkat tubuhku dengan kedua tangannya. Aku melihat mukanya benar-benar panik sambil membawaku ke arah mobil. Tanpa sadar, tanganku tergerak menyentuh pipinya.
“kau… tidak… apa-apa, k-kan?” tanyaku terbata-bata sambil menahan sakit.
“aku baik-baik saja, kau bisa diam? Kau sedang kritis!” dia buru-buru memasukkan aku kedalam mobil.
“Kyu… arkhhh!!! Kepalaku!!!” aku memegang keningku. Sakit… sakit sekali!
“Nam Ri!” pandanganku kabur. Perutku mual karena mencium bau darah. Kepalaku pusing, aku tidak kuat lagi. Yang aku ingat hanyalah teriakan Kyuhyun yang mengeras seiring hilangnya kesadaranku.
***
Author POV
“bagaimana keadaannya dokter?” tanya Kyuhyun pada dokter yang memeriksa Nam Ri. Mereka sedang ada di rumah sakit yang dekat dengan lokasi kejadian tadi.
“dia hanya pingsan, tapi ada sedikit masalah…” ujar dokter itu ragu.
“masalah apa? Katakan!” Kyuhyun mengguncangkan bahu dokter itu. Dia benar-benar panik sekarang. Bagaimana tidak? Istrinya baru saja hampir meninggal gara-gara menyelamatkannya!
“tahan dulu, tuan! Kita bicarakan diruangan saya…” akhirnya mereka berdua berjalan menuju ruangan dokter tersebut. Kyuhyun hanya bisa was-was menunggu apa yang akan dikatakan dokter itu. Semoga bukan kabar buruk, pintanya dalam hati.
“apa yang terjadi?” tanya Kyuhyun saat mereka sudah sampai di ruangan dokter tersebut.
“pasien yang bernama Nam Ri, dia memang pingsan, tapi…” ucapan dokter itu menggantung.
“tapi apa? Bisa kau jelaskan dengan cepat? Kau membuatku khawatir!” ujar Kyuhyun dengan nada yang sedikit meninggi. Dia benar-benar khawatir dengan keadaan Nam Ri.
“tapi, akibat benturan yang keras itu, membuat ingatannya sedikit hilang…” Kyuhyun diam. Tatapannya kosong. Dia tidak percaya dengan apa yang di dengarnya ini. Apakah ini benar? Atau dokter itu hanya bergurau saja?
“terutama ingatan jangka pendek yang baru dialaminya bersama seseorang… itu akan membuat dia lupa akan seseorang itu…” lanjut dokter tersebut. Kyuhyun semakin syok. Ingatan jangka pendek? Berarti itu adalah ingatannya bersama Kyuhyun? Ingatan yang terjadi baru-baru ini, karena hampir tiap hari mereka lalui bersama.
Tubuh nya tidak dapat lagi menopang berat tubuhnya. Badannya merosot begitu saja ke lantai. Pandangannya masih kosong. Dia begitu benci kenyataan pahit seperti ini. Apakah Nam Ri masih mengingat dia? Atau dia akan dilupakan begitu saja olehnya?
Pandangannya tertunduk menuju lantai. Kini dia memeluk lututnya sendiri, air matanya mengalir seiring sesaknya nafas yang ia rasakan. Dadanya terasa sesak sekali, seperti ada yang menghimpit badannya dengan benda besar.
Ternyata dunia begitu tidak adil. Baru saja dia mencintai seseorang dengan sepenuh hati, sekarang dia akan dilupakan begitu saja? Apa mungkin ini karma? Kenapa Tuhan begitu jahat padanya?
“aku tahu perasaan anda… tapi ini hanya hasil pemeriksaanku, mungkin dengan adanya anda disampingnya, ingatannya bisa pulih kembali…” ujar dokter itu menepuk bahu Kyuhyun. Dia merasa simpatik dengan namja yang tengah duduk di depannya.
“terima kasih dokter… kau sudah melakukan yang terbaik…” Kyuhyun berjalan lemas menuju kamar Nam Ri.
“hai bagaimana keadaanmu?” tanya Kyuhyun saat dia sudah berada di kamar Nam Ri. Sedangkan yang diajak bicara masih terkulai lemas di tempat tidur. Wajahnya pucat, seperti kekurangan darah.
“hei… kau jelek sekali kalau sedang sakit!” ujar Kyuhyun mencairkan suasana, walaupun dia tahu Nam Ri tidak akan mendengarnya.
“Nam Ri… kau sudah terlalu lama tidur, sekarang ayo bangunlah!” Kyuhyun berusaha mengguncangkan tubuh Nam Ri pelan. Tapi nihil, Nam Ri tidak terbangun.
“ayo cepat bangun, dan katakan kalau ini hanya gurauanmu saja! Ayo!” Kyuhyun kini berdiri dengan lututnya. Kakinya begitu lemas untuk menopang tubuhnya. Tidak ada tenaga.
“katakan kalau ini hanya gurauan…” Kyuhyun kembali menunduk. Air mata yang dari tadi dia tahan dan terus mendesak keluar, mengalir begitu saja.
“kau mau minta maaf padaku kan? Sudah kumaafkan! Bahkan tanpa kau minta pun, akan selalu kumaafkan! Sekarang cepat bangun! Ayo bangun!!!” Kyuhyun menjerit histeris. Tapi Nam Ri tetap tidak bergerak, walaupun alat pendeteksi jantungnya masih menandakan kalau dia masih hidup.
“aku rela menggantikan mu… aku rela! Asal kau mau bangun dan tersenyum padaku lagi! Ayo cepat bangun!” air matanya semakin deras. Bahkan air matanya jatuh mengenai wajah Nam Ri, namun cepat-cepat ia hapus karena tidak mau menodai wajah cantik istrinya.
“ayo bangun… dan katakan bahwa kau mengenalku… bahwa aku selalu dipikiranmu… katakan kalau kau mencintaiku juga!!!” air matanya kini sudah kering. Dia sudah tidak bisa lagi menangis selain merasakan sesak di dadanya.
“aku mencintaimu… saranghaeyo…” Kyuhyun mengecup pelan kening istrinya. Berharap ada keajaiban, Nam Ri akan bangun. Tapi ternyata, itu hanya halusinasinya saja. Nam Ri tetap diam.
***
“bagaimana keadaan dia? Apa dia baik-baik saja?” tanya eomma Kyuhyun. Orang tuan Kyuhyun, Ahra onnie dan eomma Nam Ri sudah berada di rumah sakit. Eomma Nam Ri terus-terusan menangis melihat keadaan putri tunggalnya.
“kata dokter, dia hanya pingsan…”
“syukurlah…” mereka mendesah lega.
“tapi…” Kyuhyun menggantungkan kata-katanya. Dia sedikit berat untuk mengucapkannya.
“tapi dia mengalami hilang ingatan jangka pendek, terutama pada kejadian yang baru saja dia alami…” lanjutnya. Mendengar itu, eomma Nam Ri semakin deras menangis. Eomma Kyuhyun hanya bisa mengelus punggung besannya.
“tenanglah Min Hye… Nam Ri akan baik-baik saja…” ujar eomma Kyuhyun pada eomma Nam Ri yang bernama Min Hye itu. Semua yang berada disana sedih dan berlinang air mata, tidak terkecuali Kyuhyun. Dia hanya menahan tangisnya, mencoba tegar dihadapan yang lain.
“bagaimana ini bisa terjadi, Kyu?” tanya Ahra onnie. Kyuhyun pun menceritakan kenapa dan bagaimana peristiwa itu bisa terjadi, air matanya sudah menggenang di pelupuk matanya, tapi dia tahan.
“eomma tau kau sudah mulai menyayanginya…” eomma Kyuhyun menepuk pundak anaknya.
“menangislah Kyu…” lanjutnya. Kyuhyun yang sedari tadi sudah menahan deras air matanya pun runtuh pertahanannya. Dia menangis. Hatinya benar-benar sesak sudah menahan tangis.
“eh? tangannya bergerak!” ujar Ahra tiba-tiba. Otomatis semua mata kini tertuju pada Nam Ri. Tangan kanannya sedikit bergerak, tanda dia sudah mulai pulih. Semua menunggunya membuka mata dengan wajah tersenyum.
Tidak lama kemudian, bulu matanya bergerak-gerak. Semakin lama, kelopak matanya makin naik dan akhirnya seluruh matanya terbuka. Nam Ri melihat masing-masing anggota keluarganya dan tersenyum padanya. Tapi pandangannya berhenti di Kyuhyun.
Kyuhyun juga membalas tatapan Nam Ri. Mereka bertatapan lama sekali, sampai Nam Ri merasakan sakit di kepalanya.
“arkhhh…”  rintihnya kesakitan sambil memegang kepalanya. Semuanya nampak panik. Terutama eommanya tentu saja.
“gwaencanayo, Nam Ri? Apa kau baik-baik saja?” tanya ibunya.
“gwaencana… eunggg eomma, dia siapa? Dia oppa ku?” tanya Nam Ri sambil menunjuk kearah Kyuhyun. Seketika itu juga, matanya membulat.
“kau tidak mengenalku? Kau lupa?” Kyuhyun mendekati Nam Ri, menggenggam tangannya. Namun segera dilepas pelan oleh Nam Ri.
“kau siapa? Apa aku pernah mengenalmu?” tanya Nam Ri sopan. Kyuhyun? Jangan tanya dia, air matanya sudah mengalir di pipinya.
“aku Kyuhyun, Cho Kyuhyun…” Kyuhyun mengulurkan tangannya dan disambut baik oleh Nam Ri. Nam Ri tersenyum. Sedangkan Kyuhyun hanya membalasnya dengan senyum kaku.
“senang berkenalan denganmu Cho Kyuhyun… kau mau bersahabat denganku?” tanya Nam Ri sumringan.
“tentu saja aku mau…” ujar Kyuhyun sambil berusaha tersenyum. Sedangkan yang lain hanya menggeleng-geleng prihatin pada Kyuhyun. Akhirnya mereka semua memutuskan untuk meninggalkan mereka berdua disini.
“Kyuhyun-ssi… ah tidak, Kyuhyun-ah, aku mau tanya sesuatu…” ujar Nam Ri dengan wajah innocentnya.
“tanya apa?”
“kenapa tadi kau menangis? Apa ada masalah?” air muka Kyuhyun langsung berubah.
“ah tidak… aku hanya ingat seseorang…” katanya berbohong.
“nugu? Yeoja kah?” Kyuhyun mengangguk.
“dia, orang yang sangat aku cintai, dia melupakan ku… dia hilanag ingatan, dia tidak mengingatku sama sekali. Aku sedih sekali mengingatnya…” ujar Kyuhyun, padahal yeoja yang dia ceritakan, tidak lain dan tidak bukan adalah Nam Ri sendiri.
“jinjja? Huh siapa yeoja itu? Aku ingin memukulnya! Berani-beraninya dia membuat sahabatku menangis!” canda Nam Ri sambil mengepalkan tangannya, pura-pura marah. Kyuhyun hanya tertawa ringan mendengarnya.
“terimakasih… kau memang sahabatku yang baik!” ujar Kyuhyun sambil menepuk kepala Nam Ri. Sedangkan Nam Ri hanya tersenyum.
***
Cho Kyuhyun POV
Sudah hampir seminggu Nam Ri dirawat, dia masih perlu perawatan khusus dari dokter. Kata dokter, bekas jahitan di dahi Nam Ri belum sembuh betul. Lalu, perlu ada pemeriksaan ulang, kalau-kalau ada sesuatu yang di sebabkan benturan waktu itu.
Selama Nam Ri di ruamh sakit, selama itu pula aku berada disisinya. Mungkin aku kesana saat siang hari, karena pagi hari aku bekerja. Aku yakin, pasti dia belum mengetahui pekerjaanku. Sebenarnya dari dulu aku mengurus perusahaan appa. Tapi karena appa ingin memberikan waktu luang padaku dan Nam Ri, jadi aku hanya bekerja ketika Nam Ri kuliah, setelah dia pulang, aku juga pulang. Alhasil, dia tidak mengetahuinya. Yang dia tahu, aku adalah seorang ‘pengangguran’ haha.
Menyedihkan bahwa perasaannya dari dulu sampai sekarang padaku masih sama. Dia hanya menganggapku seorang sahabat. Entah kapan dia akan mengubah pola pikirnya itu. Tapi aku akan tetap menunggunya. Menunggu cintanya.
Dokter menjelaskan padaku, bisa saja Nam Ri ingat denganku kalau aku memberikan sesuatu atau kejadian yang pernah kami alami. Tapi kemungkinan itu masih 45 %, sisanya? Hanya Tuhan yang tau.
Tapi aku tetap berusaha. Berusaha membuatnya ingat kembali denganku. Aku juga belum memberi tahunya kalau aku adalah suami sahnya. Aku dan dia sampai sekarang hanya berstatus ‘sahabat’, setidaknya itu yang dia pikirkan.
Tapi Nam Ri, kau sudah membuatku jatuh cinta padamu. Membuat aku menyayangi seseorang melebihi sayang ku pada eomma. Kau telah menggeser kedudukannya, Nam Ri! Dan aku tidak akan melepasmu begitu saja! Tidak akan, walaupun kau tidak mencintaiku. Egois? Cih~ jangan remehkan aku! Siapapun kau, kau tidak akan bisa untuk tidak tertarik dengan pesona seorang Cho Kyuhyun! Hahah~
“Nam Ri, ayo makan!”
“tidak mau! Aku bosan makan bubur terus! Aku tidak mau makan!” Nam Ri berlari mengelilingi kamar, sedangkan aku mengejarnya perlahan.
“oh ayolah… sesuap saja, ayo! Aaa~” aku menyodorkan sendok berisi bubur.
“tidak mau! Kau saja yang makan!” dia berjalan menuju kasurnya dan memonyongkan bibirnya. Hahah… dia memang tidak pernah berubah! Selalu bersifat kekanank-kanakan! Padahal dia sebentar lagi berusia 20. Ckck…
“kau sayang padaku kan?” tanyaku tiba-tiba. Dia mengangguk.
“kau tidak mau aku menangis kan?” dia mengangguk lagi.
“kau masih ingin bersamaku kan?” dia mengangguk cepat.
“nah, kalau begitu, ayo makan!” dia mendekatkan wajahnya ragu.
“demi aku…” lanjutku. Akhirnya dia mau memakan buburnya. Huft… terkadang aku heran, dia itu benar-benar menyayangiku atau tidak. Dia dari dulu tidak pernah terbuka. Gengsinya benar-benar setinggi langit dan sedalam samudra (?).
Setiap aku bertanya seperti tadi, dia selalu saja mengangguk dengan bersemangat. Aku jadi bingung, apa dia serius? Atau dia hanya menganggap nya main-main? Karena, aku benar-benar serius menganggap semua ucapannya. Atau mungkin aku terlalu banyak berharap?
“anak pintar! Nah… kalau begini, kau akan cepat sembuh dan kita akan bersama-sama terus…” kataku. Dia benar-benar menurut perintahku. Padahal aku tau dia sebenarnya membenci bubur ini. Tapi? Dia menghabiskannya.
“selamanya?” tanyanya tiba-tiba. Aku tersenyum lalu mengangguk.
“selamanya”
***
Kim Nam Ri POV
Akhirnya, setelah 2 minggu dirawat disini, aku bisa keluar! Hahha akhirnya aku terbebas dari jeratan monster bubur itu! Aku benar-benar muak memakannya, yuks~
Tapi, aku juga tidak tau kenapa aku bisa dirawat di rumah sakit. Karena setiap aku berusaha untuk mengingatnya, kepalaku benar-benar sakit.yahhh aku ambil hikmahnya saja. Setidaknya aku punya sahabat baru yang benar-benar perhatian padaku, namanya Cho Kyuhyun.
Cho Kyuhyun… entahlah, aku seperti pernah mendengar nama itu. Tetapi setiap ingin mengingatnya, lagi-lagi aku lupa! Kepalaku selalu pusing dan nyeri kalau mengingat sesuatu. Apa aku amnesia? Ah tidak mungkin! Buktinya aku masih ingat pada eomma kan?
Tapi, Kyuhyun benar-benar baik. Dia sahabatku yang terbaik, aku benar-benar menyayanginya. Dia membuatku merasa nyaman di dekatnya. Tapi karena terus berdekatan dengannya,  ada suatu perasaan aneh. Aku sedikit possesive. Aku kesal kalau dia ngobrol dengan suster atau dengan office girl di rumah sakit. Aku maunya, dia hanya dekat denganku! Dia sahabatku, dan hanya aku yang boleh bersamanya! Apa aku salah?
Tapi, beberapa hari sebelum aku keluar dari rumah sakit, dia menunjukkan beberapa dialog padaku. Aku masih ingat betul yang dikatakannya. Setiap kali mengingat dia mengatakan hal itu, kepalaku benar-benar sakit. Tapi aku yakin betul, kalau aku pernah mendengarnya.
#flashback
“ayo cepat tidur! Sudah malam!” katanya padaku. Tapi aku benar-benar tidak bisa tidur. Aku takut sekali. Diluar jendela benar-benar gelap.
“aku tidak bisa tidur! Temani aku tidur!” kataku padanya.
“mwo? Takut? Hahha apa yang kau takutkan? Kau takut ada hantu?” aku mengangguk pelan. Dia tertawa ringan.
“jangan takut, ada aku… nah sudah, ayo tidur! Aku akan menungguimu…” dia mengambil kursi dan duduk di sebelahku. Aku menutup mataku, berusaha tidur.
“selamat tidur… nyonya Cho…” ujarnya pelan, tapi aku mendengarnya dengan jelas di telingaku. Nyonya Cho? Dengan cepat, kubuka kembali mataku.
“apa?” tanyanya bingung.
“gwaencana…” kataku kembali menutup mataku.
selamat tidur… nyonya Cho…
aku seperti ingat sesuatu, ada seseorang yang suka memanggilku dengan sebutan itu, tapi aku lupa siapa. Aku suka sekali kalau dipanggil ‘Nyonya Cho’ tapi? Apakah maksudnya Cho Kyuhyun ini? Memangnya aku istrinya pake nyonya segala?
“Arkhhh…” kupegang kepalaku. Otomatis aku membuka mataku kembali.
“gwaencanayo?” aku mengangguk. Aneh sekali, kenapa sepertinya aku selalu lupa hal-hal yang berhubungan dengan namja ini? Ini benar-benar aneh.
#end of flashback.
Pernah juga suatu kali saat aku dan dia sedang jalan-jalan ke taman di sekitar rumah sakit, aku bertanya padanya. Tapi jawabannya benar-benar membuat dadaku bergetar. Lagi-lagi kepalaku sakit. Aku beanr-benar bingung. Aku merasa menjadi orang bodoh yang tidak tau apa-apa.
#Flashback
“Kyuhyun-ah… aku mau bertanya, kenapa saat kita bertemu, kau mau kujadikan sahabat? Bukankah biasanya kalau ada orang tak dikenal bicara begitu, dia akan marah? Tapi kau malah berbeda…” tanyaku saat kami sedang iseng jalan-jalan ke taman di sekitar rumah sakit ini. Aku jenuh di kamar terus.
“karena aku mau, itu saja” jawabnya singkat.
“ih… jawabanmu tidak logis! Berikan alasannya juga!” desakku.
“karena aku dari awal sudah tertarik padamu dan aku putuskan untuk berteman denganmu dulu…”
“…menurutku, suatu hubungan itu, dimulai dari pertemanan… seseorang dengan lawan jenisnya, harus berteman dulu, lalu kalau mereka semua sudah terbiasa satu sama lain, mereka akan bersahabat… lalu kalau mereka tidak bisa terpisah, namanya mereka memiliki hubungan spesial yang mengikat mereka, itulah cinta…” lanjutnya.
“arkhhh…” kutekan kepalaku. Kenapa aku benar-benar lupa? Aku tidak ingat sama sekali? Tapi aku yakin kalau aku pernah mendengarnya. Tapi kenapa aku selalu lupa?
“gwaencanayo?” tanyanya sedikit panik. Aku hanya mengangguk.
“apa kau ingat sesuatu?” tanyanya.
“ingat sesuatu? Apa maksudmu?” tanyaku bingung.
“ah tidak… hahha ayo kita masuk!” ujarnya. Aku hanya mengikutinya dengan pikiran kosong. Sampai kapan aku selalu merasakan hal aneh ini?
#end of flashback
“akhirnya sampai…” ujar eomma. Aku dan eomma pulang kerumah diantar oleh Kyuhyun dengan mobilnya. Sepertinya dia orang kaya.
“terimakasih Kyuhyun-ah… kau benar-benar baik!”kataku sambil membungkuk.
“cheonmaneyo… kapan-kapan, kau main kerumahku ya? Atau besok saja kita main? Hahaha…” ujarnya. Tapi aku mengangguk setuju. Aku selalu bersemangat kalau harus menghabiskan waktu dengannya.
“boleh… besok? Kau jemput aku, ara? haha”
“eh serius?” dia berhenti tertawa dan membulatkan matanya.
“tentu saja, siapa yang bercanda sih?” kataku menyilangkan tangan.
“ne… besok kujemput jam 1, oke? Annyeong… ahjumma, aku pamit dulu…” eommaku hanya mengangguk. Aku pun melambai-lambai ria mengantar kepergiannya. Pasti besok akan menyenangkan! Hahahha…
***
Cho Kyuhyun POV
Sedih sekali diriku ini. Suami yang dilupakan istrinya. Tidur sendiri, tinggal sendiri, makan juga sendiri (jiah kayak lagu dangdut -..- #plak #perusakmoment). Hanya harapan kecilku masih ada, dia mengingatku.
Ternyata aku baru merasakan kalau dia tidak ada. Hidupku hampa, oksigenku hilang. Tidak ada yang bisa menerangiku dalam kegelapan, karena hanya dia cahaya malamku.
“walaupun mungkin kau tidak mengingatku, tapi aku akan selalu disampingmu… dan aku akan membuat kau mencintaiku juga” gumamku saat memikirkannya.
Sekarang aku tau dan mengerti benar perasaanku. Aku mencintainya.
***
Author POV
Esok paginya, seperti rencana, Kyuhyun menjemput Nam Ri di rumahnya. Mereka berdua pergi naik mobil, tapi sebelum pulang ke rumah, mereka berdua pergi untuk makan siang di sebuah restoran. Restoran yang sama saat pertama kali mereka makan. Restoran italia.
“aku pesan Rissotto dan tortelininya 2!” ujar Kyuhyun. Dia sengaja memesan makanan yang sama ketika dulu mereka kesini.
“baik… rissotto dan tortellininya 2, mohon ditunggu…” pelayan itu membungkuk. Kyuhyun kemudian memandang Nam Ri. Yeoja itu hanya menekan-nekan keningnya.
“gwaencanayo?” tanya Kyuhyun. Nam Ri hanya mengangguk.
“Kyuhyun-ah… kenapa setiap kau mengucapkan atau melakukan sesuatu, aku merasa kalau aku pernah di perlakukan seperti itu. Tapi setiap ingin mengingatnya, aku lupa dan keningku sedikit sakit. Wae?” tanya Nam Ri.
“kau benar-benar tidak bisa mengingatnya?” tanya Kyuhyun sedikit sedih. Nam Ri menggeleng.
“aku yakin, suatu saat kau akan mengingatnya… Cuma aku tidak tau itu kapan… tapi aku akan selalu menunggu” lanjut nya.
***
Setelah selesai makan siang, akhirnya mereka berdua menuju rumah Kyuhyun. Ah tidak, maksudku rumah mereka berdua. Hanya dipikiran Nam Ri, ini rumah Kyuhyun.
Kim Nam Ri POV
“ini rumahmu? Whoaaa… besar sekali…” kataku. Kyuhyun hanya tersenyum mendengarnya.
“kau tinggal sendiri? Di rumah semegah ini?” tanyaku saat mereka kami masuk ke ruang tamu. Kyuhyun hanya mengangguk.
“kau boleh melihat-lihat… aku tau isi kepalamu! Haha aku kebelakang dulu, akan kubuatkan minum…” ujar Kyuhyun sambil menepuk kepalaku.
“ehehhe kau tau saja!” kataku sambil senyum-senyum sumringan. Aku langsung ngeloyor ke lantai 2. Entah kenapa aku begitu tertarik untuk melihat-lihat keatas.
Sesampainya diatas, ada beberapa kamar. Tapi aku pilih kamar pertama. Ups… sepertinya ini kamarnya. Eh tapi… apa ini? Ini aku?
“arkh…” kutekan keningku. Kenapa begitu sakit?
Foto apa ini? Kenapa ada fotoku bersama Kyuhyun mengenakan gaun pernikahan? Dan ini? Foto aku dengannya di Paris. Memangnya aku pernah ke Paris? Bersamanya?
Tempat tidur… aku merasa tidak asing dengan tempat tidur ini. Aku merasa pernah menempati ruangan ini. Apa ini hanya de javu? Atau ini pernah benar-benar terjadi?
“arkhhh…” sekarang kurasakan kepalaku benar-benar sakit. Aku ambruk ke lantai sambil memegang keningku. Aku harus mengingatnya harus!
NYONYA CHO! IREONA!
aku pesan Risotto dan tortellini…
teman kepalamu! Aku ini suamimu bodoh!
apa kesanmu saat pertama kali kita bertemu?
kau kasar sekali sih… aku kan suamimu~
oh iya, perkenalkan… aku Cho Kyuhyun, suami dari Nam Ri…
aku kedinginan… jebal sebentar saja…
kalau ada masalah ceritakan saja…
kau masih mencintainya kan?
selamat tidur… nyonya Cho…
baiklah, kita sahabat…
sudah kubilang jangan lari, tapi kau tetap berlari! Kau yang bodoh!
cium aku!
uljima… ini bukan salahmu. Maaf kan aku, ini semua salahku…
aku baik-baik saja, kau bisa diam? Kau sedang kritis!
Sekelebat masa lalu melintas di otakku. Aku ingat… aku ingat semuanya. Jadi aku?
“Nam Ri, kau tidak apa-apa?” aku menoleh. Suara Kyuhyun. Dia tengah berdiri di depan pintu. Aku langsung bangun dan berlari kearahnya. Memeluknya erat, tidak mau melepasnya. Aku memang bodoh! Aku bodoh! Ini semua gara-gara aku dan aku telah membuatnya menangis!
“mianheyo…” isakku dengan penuh air mata.
“ini semua gara-gara aku… maafkan aku, aku telah emmbuatmu emnangis! Aku… aku memang bukan istri yang baik…” aku menangis di dadanya. Dia mengelus kepalaku.
“akhirnya kau ingat…” dia melepaskan pelukanku. Menatapku tepat dimanik amta. Dia mengusap air mata di pipiku.
“aku baru tau rasanya patah hati adalah seperti ini…” patah hati? Dia…
“kau…” ucapanku menggantung.
“aku mencintaimu Nam Ri… saranghaeyo…” dia mendekatkan wajahnya. Sedetik kemudian, bibirnya sudah menempel di bibirku. Tidak! Aku tidak akan marah! Aku akan jadi istri yang baik!
Dia melumat bibirku pelan, aku membalas setiap lumatannya. Tanpa sadar aku mengalungkan tanganku dilehernya. Aku seperti putri tidur yang tidak bertemu pangerannya selama bertahun-tahun. Aku benar-benar merindukannya.
Dia melepaskan ciuman kami. Aku yakin, pasti wajahku sudah merah sekali sekarang!
“nado saranghae… Cho Kyuhyun…” ujarku memberanikan diri. Mulai sekarang, tidak akan aku sembunyikan lagi perasaanku.
“aku tahu itu!” dia menepuk pelan kepalaku. Aku emnaikkan alisku sebelah.
“aku tahu, kau memang tidak bisa untuk tidak tertarik dengan pesona seorang Cho Kyuhyun… hahaha” ujarnya membanggakan diri.
“PEDE!” sial, aku malu sekali! Aku meninggalkan kamar menuju ruang bawah diiringi gelak tawa si setan itu. Dia benar-benar menyebalkan! Dan bodohnya… aku mencintainya…
To Be Continued
Part 6
Author POV
“ya ya ya… teruslah tertawa Cho Kyuhyun…” ucap Nam Ri sambil menuruni tangga. Tapi dia menghentikan langkahnya. Ada seseorang di depan pintu rumahnya.
“onnie?”
“Ahra noona.. sedang apa kau disini? Mau mengusiliku ya? Pergi kau~” ujar Kyuhyun saat sudah menuruni tangga.
“yak kau Kyuhyun! Tidak sopan! Aku kesini hanya ingin melihat keadaan kalian… siapa tau…”
“dia sudah ingat…” potong Kyuhyun. Ahra hanya menganga.
“Jeongmal? Semuanya?” Ahra semakin kaget. Kyuhyun hanya mengangguk.
“Nam Ri!!! Ahhahhahaha~” Ahra memeluk adik iparnya penuh tenaga. Mengguncang-guncangkan bahunya, kemudian mencubit pipinya. Lalu adik iparnya di buang kesawah (gak… gak…)
“onnie.. kau lebay sekali…” ujar Nam Ri disertai anggukan Kyuhyun.
“kau juga… hahha baiklah aku pamit! Annyeong! Ahahha kabar baik untuk keluarga nih…” akhirnya suara Ahra semakin menjauh seraya tubuhnya yang menghilang dibalik pagar.
“kau benar-benar ingat semuanya kan?” Kyuhyun kini bertanya serius pada Nam Ri. Tapi tiba-tiba Nam Ri menekan kepalanya.
“arkh…” rintihnya.
“g-gwaencanayo?” Kyuhyun terlihat panik.
“k-kau siapa ya? Apa aku mengenalmu?” tanya Nam Ri sopan. Syok. Itu yang dirasakan Kyuhyun sekarang. Nam Ri hilang ingatan lagi?
“Nam Ri…” kini Kyuhyun terlihat sedih.
“BUAKAKAKAKKAK… dasar bodoh! Gampang ditipu! Ahahha…” Nam Ri langsung berlari menuju kamar mereka. Kyuhyun langsung mengangkat kepalanya.
“YAK! Beraninya menipuku! Awas saja, kau akan menyesal! Ahahahha~” Kyuhyun pun mengejar Nam Ri. Ternyata, Nam Ri hanya menipunya, ckck (author geleng-geleng sendiri)
***
“kau mau kemana?” tanya Nam Ri saat bangun pagi. Tumben sekali Kyuhyun pagi-pagi begini sudah rapi, pakai jas pula, pikirnya.
“kerja” jawabnya singkat.
“mwo? Kerja? Kerja apa kau?” Nam Ri yang kaget langsung beranjak menghalangi jalan Kyuhyun yang ingin keluar. Nam Ri memandangnya dengan membulatkan mata.
“aku dari dulu sudah kerja di perusahaan appa… tapi karena appa ingin memberi waktuku bersamamu, jadi dia menyuruhku untuk kerja saat kau kuliah, jadi saat kau pulang, aku juga pulang…” jelas Kyu.
“huh… pantas saja kausantai sekali tidak dapat pekerjaan, ternyata kau sudah bekerja! Sial aku kena tipu!” Nam Ri mengetuk keningnya pelan.
“eh? kau tidak kuliah?” tanya Kyuhyun tiba-tiba.
“oh iya!” Nam Ri kini menepuk jidatnya.
“sana cepat mandi, biar sekalian kuantar!” Kyuhyun mendorong Nam Ri menuju kamar mandi.
“eh tunggu sebentar!” akhirnya dorongan Kyu pada punggung Nam Ri berhenti.
“apa? Mau kumandikan?” godanya menunjukkan evil smilenya.
“ih! Kau mesum sekali sih! Aku cuma mau bertanya, apa kau tidak terlambat? Aku naik angkutan umum saja deh…” tiba-tiba kedua belah bibir Nam Ri ditutup rapat oleh Kyuhyun menggunakan satu tangannya.
“sudah kubilang aku yang akan mengantarmu. Cepatlah mandi dan tutup mulutmu!” Kyuhyun meninggalkan istrinya yang kaku karena tingkahnya.
^30 minutes after that^
“lama sekali kau mandi… habis bertelur ya?” ejek Kyuhyun.
“mianhae… habisnya tadi ada kalajengking di dalam kamar mandi, jadinya kupukul dulu pakai tempat sabun…” jawab Nam Ri sekenanya.
“mwo? Kalajengking? Apa dia menggigitmu? Kau tidak apa-apakan? Ada yang luka?” Kyuhyun panik sendiri.
“engga kok, aku baik-baik aja…”
“aish kau ini membuatku khawatir saja… kalau dia menggigitmu gimana? Aku tidak mau mengurusmu lagi, kau menyusahkan!” canda Kyuhyun. Nam Ri pun mendengus kesal mendengarnya.
“ughhh… jadi nganterin gak sih?” ujarnya mengalihkan pembicaraan.
“ne ne… ayo kita berangkat… jagiya! ahhahha”
“jangan panggil aku dengan sebutan itu, menjijikkan~”
“jagiya…” Kyuhyun semakin gencar menggoda Nam Ri.
“aku saja deh yang nyetir! Kau lama~”
“kau yang lama!”
“kau!”
“kau!”
“huahhh aku telat tau!”
“aku juga!”
“ini gara-gara kau!”
“kau!”
“kau!”
“kau!”
“ughhhhhhhhh!!!!!”
***
Kim Nam Ri POV
Ini apa ya? Eummm… apa ya? Jawabannya A atau B? Aduhhh aku bingung! Galau deh ni, galau… #eaaa
Hari ini aku sedang mengadakan ujian tertulis. Ujian untuk kelulusan. Akan diadakan selama 1 minggu penuh. Huhhh semoga aku lulus! Semalam aku sudah belajar habis-habisan.
Bahkan Kyuhyun pun sampai berbusa mengajariku. Setiap dia mengajarkan rumusnya, aku hanya menatapnya dengan tatapan kosong dan mengangguk-angguk pura-pura mengerti. Huh… inilah resikonya kalau punya suami tampan sepertinya. Tapi terkadang sifatnya menyebalkan. Ingin sekali kujadikan dia dadar gulung!
Tapi… aku jadi ingat apa yang dia lakukan saat mengajariku. Uaaahhh mukaku panas sendiri kalau mengingatnya!
#flashback
“jadi begini maksudnya, kau mengerti tidak?” tanyanya padaku. Aku hanya mengangguk pura-pura mengerti.
“benar kau mengerti?” tanyanya. Tapi kenapa aku merasa kalau wajahnya itu begitu dekat denganku? Malah semakin mendekat?
“n-ne…” jawabku gugup.
“kau kenapa sih? Gugup ya? ahahha” sial! Dia bisa menebaknya!
“t-tidak! Aku tidak gugup kok!” kataku melengos.
“tapi kenapa wajahmu merah begini? ahahha”
“itu hanya… karena udaranya panas!” aku ngeles. Mencoba melihat kearah lain. Kerja jantungku jadi aneh, 3 kali lebih cepat dari sebelumnya.
Tiba-tiba dia memegang daguku dengan satu tangannya, membuatku otomatis melihat kearahnya, eummm matanya lebih tepatnya. Karena takut, aku menutup mataku. Aku tidak mau melihatnya, bisa-bisa jantungku hilang! (?)
Aku membuka mataku ketika ada aku merasakan sesuatu dihidungku. Apa ini?
“pesek!” ejeknya saat meletakkan telunjuknya dihidungku.
“awas ahhh~” kudorong pelan tubuhnya agar menjauh. Huh! Cho Kyuhyun babo! Kau mau membuat aku kehabisan nafas hah? Berada di dekat mu itu memerlukan stamina yang kuat! (lari kali nam! -.-)
“huhu… tuh kan merah lagi wajahmu! Sudah kubilang, kau itu gugup!”
“aku mau tidur, ngantuk~” aku langsung rebahan di tempat tidur dan menarik selimut sampai menutupi kepalaku. Aku harus menyembunyikan wajahku yang merah ini. Dasar wajah babo! (?)
Eh? ada sesuatu yang hangat memelukku dari luar selimut. Huh… sampai kapan sih dia harus terus begini? Dia tidak mengkasihani jantungku? Lalu kenapa setiap mau tidur dia selalu memelukku sih?
“Selamat tidur, Nyonya Cho…” dia bicara tepat di telingaku. Huh untung saja aku ditutupi selimut, kalau tidak? Bisa diejek lagi aku karena ulahnya!
#end of flashback
Kuketuk kepalaku pelan. Nam Ri baboya! Kau menghabiskan waktu 10 menitmu yang berharga hanya karena mengingat itu? Gila! Untung saja tinggal 10 nomor lagi yang harus kuselesaikan… kalau tidak? Aku terancam gagal gara-gara namja itu!
***
“bagaimana ujiannya? Lancar?” tanya Kyuhyun saat kami berada di mobil. Seperti biasa, Kyuhyun selalu menjemputku di kampus. Entah kenapa dia tidak mau aku pergi ataupun pulang selain dia yang mengantar. Namja aneh.
“ya… sedikit…” jawabku ragu. Masa’ aku mau menjawab kalau aku hampir gila mengerjakan soal matematika gara-gara perlakuannya semalam? Itu sama saja membangunkan singa yang tengah tertidur!
“kenapa bisa begitu? Memangnya apa yang kau pikirkan?” tuh kan dia mulai curiga! Mati kau Kim Nam Ri!
“ah? tidak ada yang kupikirkan…” aku pura-pura memandangi pemandangan. Kenapa aku selalu memikirkan dia sih? Apa tidak ada yang lain? Arghhh kenapa dia selalu terbayang di kepalaku? Seperti iklan saja…
“ooo… kukira kau memikirkanku! Ahaha…” tebakanmu benar sekali!
***
Sudah hampir seminggu ini, aku melaksanakan tes dengan baik. Aku mengerjakan semua soal dengan cepat dan teliti. Aku tidak mau ada kesalahan yang membuatku gagal. Dan aku tidak mau mengecewakan Kyuhyun yang sudah mengajariku habis-habisan, walau aku tahu, sebenarnya dia amat-sangat lelah.
Aku akan membuatnya dan juga eommaku bangga. Aku tidak akan mengecewakan orang yang penting dalam hidupku. Karena aku tidak mau seperti appa yang telah mengecewakan aku dan eomma. Tidak akan!
“kau sedang apa?” tanyaku saat dia sedang mengetikkan sesuatu di laptopnya. Sepertinya dia sedang bekerja.
“main game…” jawabnya singkat tanpa menoleh kearahku.
“mwo???” langsung kutolehkan kepalaku kearah laptop. Dan benar saja, dia sedang bermain permainan yang tidak jelas disana. Itu apaan sih main perang-perangan? Seperti anak kecil saja!
“ih, kau sudah besar begini masih bisa-bisanya main game. Kau kan bukan anak kecil lagi!” ujarku sambil duduk disebelahnya. Kami berdua duduk ditempat tidur, sedangkan laptopnya ditaruh diatas meja yang dekat dengan kami (apasih?)
“habisnya kau kuajak main tidak mau, yasudah aku main ini saja…” ujarnya.
“memangnya kau mau main apa denganku? Petak umpet? ahhaha” aku hanya menggeleng-geleng karena tingkahnya. Tapi dia berhenti bermain, dia mengetik tobol pause disana.
“memangnya kau mau kuajak bermain?” dia mengeluarkan evil smirknya. Nah loh, apaan lagi ini? Kenapa begini?
“jangan menatapku seperti itu! Kau membuatku takut!” aku mundur kebelakang, tapi dia malah mendekatiku. Wajahnya seprti singa yang kelaparan! Sepertinya dia mau menerkamku, oh no!
Naasnya, punggungku menabrak kepala tempat tidur, sedangkan dia kini sudah berada dihadapanku. Wajah kami hanya berjarak 5 centi! Dan dia benar-benar menatap mataku dalam. Ya Tuhan… selamatkanlah jantungku~
“ayo bermain denganku, Cho Nam Ri~” nadanya sedikit menggoda. Oh, kumohon jangan sekaranggggg!!!
Tangannya tanpa disuruh membelai rambutku dan memilinnya hingga menggelung. Lalu dia mencium rambutku, menghirup udara dari sana.
“rambutmu wangi…” ujarnya pelan. Aku? Aku hanya terdiam. Mulutku seperti terbungkam oleh perilakunya. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Yang bisa aku lakukan hanya mencoba menenangkan detak jantungku yang menderu semakin cepat.
Tangannya yang tadi berada dirambutku, turun ke leher ku yang jenjang. Dia mengelusnya pelan hingga bulu romaku berdiri. Astaga, berbuatlah sesuatu Nam Ri!!!
Tangannya semakin turun dan…
“HUAAA PEMERKOSAAN!!!” aku menggunakan kesempatan ini untuk menepis tangannya. Aku langsung menjauh darinya, tapi sialnya dia menarikku hingga aku terjatuh dikasur. Dia langsung merangkak keatas badanku dan mengurungku dengan kedua tangannya.
“kau tidak bisa kemana-mana sekarang… ahhahha” dia tertawa evil. Aduh, jantungku dari tadi benar-benar terpompa sangat cepat. Apa dia bisa mendengarnya?
“kau itu sebenarnya sangat cantik, tapi kau suka marah-marah… aku jadi kesal~” dia pura-pura marah.
“mi-mianhae…” jawabku kaku.
“gwaencana…” dia mendekatkan bibirnya di samping telingaku.
“saranghae…”
GLEK!
Speechless. Itu yang kurasakan sekarang. Mati aku! Apa yang akan dia lakukan?
Dia langsung menyambar (?) bibirku yang menganggur dari tadi. Dia melumatnya pelan pada awalnya. Tapi kemudian makin lama, ciuman ini makin terasa panas. Nafasnya memburu menerpa wajahku. Aku sampai kehabisan nafas.
Ciumannya turun keleherku. Aku tidak bisa, aku benar-benar tidak bisa…
“hentikan!” aku segera melepaskan diri darinya. Aku langsung menjauh. Dia memandangku aneh.
“waeyo? Apa kau baik-baik saja?” dia mendekatiku. Air mataku tumpah begitu saja. Tapi karena aku malu untuk menangis didepannya, aku memeluk lutut ku erat. Hal yang selalu aku lakukan ketika aku menangis.
“ma… afkan… aku… hiks… aku… belum si… ap melakukannya… aku… aku… bukanlah istri yang baik… hiks… mianheyo…” kurasakan sesuatu mengelus kepalaku pelan. Aku pun memberanikan diri menatapnya dengan mata sembabku.
“aku yang harusnya minta maaf… aku terlalu terburu-buru. Aku tadi terbawa suasana… mianhae…” dia memelukku. Istri macam apa aku ini? Kenapa selalu begini?
Cho Kyuhyun POV
“aku yang harusnya minta maaf… aku terlalu terburu-buru. Aku tadi terbawa suasana… mianhae…” aku memeluknya. Suami macam apa aku ini? Kenapa aku selalu membuatnya menangis?
“tidak, aku yang… salah…” ujarnya lemah.
“aku… aku yang salah…”
“tidak, aku yang salah…”
“sudahlah, tidak ada yang salah…” kataku melepaskan pelukanku. Menatapnya tepat di manik mata.
“sudah malam, ayo tidur…” aku tersenyum kaku padanya. Aku memunggunginya dan menarik selimut hingga menutupi setengah badanku.
Apa aku salah kalau aku menginginkannya? Tapi… sebagai suami, aku tidak boleh egois, kan? Aku tidak mau melihatnya menangis lagi. Karena aku sudah banyak membuatnya menangis.
Kecewa?
Ya, aku memang kecewa, tapi bukan berarti aku berhenti mencintainya. Aku akan menunggunya sampai dia siap. Sepertinya akan sedikit lama.
***
“huooo… omona~ suaranya bagus sekali… kau benar-benar lucu Kim Ryeowook!” samar-samar kudengar dia berteriak dari depan tv. Aku yang telah membuat sarapan pun mendekatinya sambil membawa 2 piring ramyeon.
“apa tidak keterlaluan jika seorang istri memuji namja lain didepan suaminya?” sindirku. Dia pun berhenti memakan ramyeonnya.
“kau mendengarnya?”
“tentu saja, kau kan bicaranya besar sekali, seperti toa!” aku menjitaknya pelan. Dia hanya meringis sambil mengusap kepalanya.
“dia Kim Ryeowook, penyanyi pendatang baru tapi sudah naik daun karena suaranya yang bagus, omo~” pujinya lagi. Aku hanya mendengus pelan.
“huh~ lebih bagus suaraku…” kataku memuji diri sendiri. Dia menaikkan alisnya sebelah.
“suaramu? Suara seperti kaleng rombeng saja bangga… ahahha” ejeknya. Meremehkanku, huh?
“ehem… kau berkenan mendengarkan lagu buatanku untukmu, Cho Nam Ri-ssi?” kataku sambil tersenyum.
“ah?” tanyanya aneh. Ah, dia pura-pura tidak mengerti atau memang bodoh sih? Kasihan sekali aku punya istri sepertinya! (author: APA KATAMUUU??? #plak)
아닌데 나는 아닌데 정말 이건 말이 안되는데
No it’s not me, it really doesn’t make sense
밥을 먹어도 잠이 들때도 미쳤는지 그대만 보여요
Whenever I eat or sleep I only see you, I think I’m crazy
언제나 나를 종일 나만을 못살게 미웠는데
I hated you because you always torment me
어떻게 내가 어떻게 그댈 사랑하게 됬는지 이상하죠
How? I don’t know how, I have come to love you, it’s strange
내마음은 그대를 듣죠 머리부터 발끝까지
My heart listens to you from head to toe

친구들 나를 놀려도 내가슴은 모두 그대만 들려요
Though friends tease me, my heart only hears you
하나둘셋 그대가 웃죠 숨이멎을 것만같죠
One two three you are smiling, you take my breath away
그대 미소를 담아서 매일 사랑이란 요릴 하죠
Everyday I collect your smile to cook a dish called “Love”
영원히 I love you love you
love you love you love you~
Forever I love you love you
love you love you love you~
그댄 나를 잠시도 나를 가만두지 않는건지
Why don’t you leave me alone even for a moment?
기가 막히고 어이없어도 내가슴은 그대만 불러요
Even though my heart is blocked, it still only calls for you

그댈 위해서 요릴 하는 휘파람에 신이나죠
I’m excited when cooking for you so I whistle
환하게 웃을 그대 모습에 손을 베도 내맘은 행복하죠
Even though I cut my finger, my heart is happy thinking about your brilliant smile
내마음은 그대를 듣죠 머리부터 발끝까지
My heart listens to you from head to toe
친구들 나를 놀려도 내가슴은 모두 그대만 들려요
Though friends tease me, my heart only hears you
그대 미소를 담아서 매일 사랑이란 요릴 하죠
One two three you are smiling, you take my breath away
언젠가 밤이지나 가고 밤이지나가고 밤이지나
Everyday I collect your smile to cook a dish called “Love”
기억이 희미해져도
언제나 맘은 미소짓는 눈은 떠나지않겠다고 그댈
영원히~
Passing the night, passing the night…pass again
Though my memory is fading
My heart and my smiling eyes will not leave you
Forever~

내마음은 그대를 듣죠 머리부터 발끝까지
My heart listens to you from head to toe
세상이 모두 웃어도 내가슴은 모두 그대만 들려요
Even though the whole world is laughing, my heart only hears you
하나둘셋 그대가 웃죠 숨이멎을 것만같죠
One two three you are smiling, you take my breath away
그대의 기를 담아서 매일 사랑한다 키스하죠
Everyday I collect your spirit and kiss you to say I love you
영원히 I love you love you love you
love you love you love you~
oh my baby my love
Forever I love you love you
love you love you love you~
oh my baby my love” aku selesai menyanyikan lagu buatanku, Listen To You, lagu spesial untuknya. Ya, sebenarnya aku membuatnya sudah lama, tapi karena aku malu memberitahukannya, akhirnya baru kali ini aku bisa menyanyikannya.
Aku melihatnya yang memandangku kosong penuh arti. Mulutnya ternganga walaupun tidak berlalu lebar. Sedetik kemudian dia baru bertepuk tangan ria… ughhh sepertinya ada yang salah di otaknya itu.
Prok… Prok… Prok…
“suaramu indah sekali… omona~ lebih baik kau jadi penyanyi saja! Lagi pula kau kan tampan, aku yakin kau bisa mengalahkan Kim Ryeowook itu hanya dengan waktu 1 hari! ahhhahha” ujarnya memberikan kedua jempolnya padaku.
“penyanyi? Tidak mau…” kataku memakan ramnyeonku yang sempat tertunda.
“waeyo?” tanyanya dengan nada kecewa.
“karena aku tidak mau membagi hatiku dengan fans… cukup kau saja yang memiliki hatiku sepenuhnya, hingga tidak ada lagi yang tersisa untuk orang lain…” ujarku pelan. Dia menatapku tidak percaya. Sedetik kemudian dia menggeleng.
“ckckck… kau ini baru saja kupuji langsung menggombal!” ceplosnya.
“siapa yang menggombal sih? Lagi serius juga…” kataku ketus.
“jangan marah…” ujarnya melemah. Aku menoleh melihat wajahnya yang memelas.
“siapa yang marah?” suaraku sedikit memelan. Aku memang lemah kalau sudah berada di dekatnya, ck!
“kau”
“tidak”
“bohong”
“aish kau ini…” aku menjitaknya lagi.
“aduh…” dia meringis memegangi kepalanya. Sedangkan aku melanjutkan makanku yang lagi-lagi tertunda karena ulahnya.
“oh iya… aku mau kerumah eomma hari ini, sudah lama aku tidak menjenguk beliau… boleh kan?” lanjutnya.
“aku ikut, ya?” kataku saat telah selesai makan dan menaruh piring di tempat cucian piring.
“mau ngapain?” tanyanya yang masih makan. Dia ini kalo makan kapan sih cepatnya? Lambat sekali. Sepertinya dia makan perhelai (ga gitu deh kayanya)
“mau berenang… ya mau menjenguk mertua lah!” kataku kembali duduk dihadapannya. Menunggunya makan.
“ooohhh… hahahhha baiklah” dia melanjutkan makannya.
“cepatlah makan… kau lama sekali sih, seperti siput!” ejekku.
“uhhhhh sabar sedikit donggg!!! Aku kan memang lambat!!!” dia uring-uringan sendiri. Aku malah tersenyum. Entah kenapa aku senang sekali melihat dia emosi. Wajahnya merah dan pipinya di gembungkan. Itu benar-benar lucu…
“ya, dan bodohnya aku mencintai orang lambat sepertimu…” dia langsung diam. Ahhaha dia memang selalu begini. Setiap aku memujinya, dia selalu diam. Sampai kapan sih dia merasa kalau dirinya itu jelek dan tidak pantas untukku? Dia itu barang milikku paling berharga yang diberikan Tuhan untukku. Benda indah milikku pribadi.
***
Kim Nam Ri POV
“eomma~” kataku memanggil eommaku dari depan pintu. Sedangkan Kyuhyun mengetuk pintunya beberapa kali. Tidak lama kemudian nampaklah seorang wanita yang telah berumur kedepan pintu. Meski telah tua, wajahnya masih cantik menurutku. Tapi kenapa sepertinya dia tampak pucat?
“eomma, kau sakit? Kenapa wajahmu pucat?” tanyaku.
“ah tidak, mungkin karena semalam kedinginan… masuklah kalian berdua… omona~ menantuku yang tampan ini ikut juga? ahhaha” ujar eommaku ramah.
“hahha lama tidak bertemu mertuaku yang cantik?” ujar Kyuhyun. Eomma menepuk pipinya pelan.
“ahahha sejak kapan menantuku ini jadi gombal ahahha duduklah…” eomma menyuruh Kyuhyun duduk. Dia duduk disampingku.
“ah iya minum! Tunggu sebentar ya!” eommaku langsung berjalan menuju dapur.
“eomma biar aku saja!” kataku beranjak.
“ah tidak! Duduk saja, eomma akan buatkan minuman yang spesial! Kalian… uhukkk… uhukkk… du… duduk saja…” ujar eomma batuk-batuk dan langsung berlari menuju dapur. Dia sakit? Kenapa tidak bilang? Penasaran, akhirnya kususul dia ke dapur.
Aku berhenti di pintu dapur. Kulihat eomma batuk-batuk diwastafel. Aku mencoba mendekatinya. Aku kaget bukan main saat wastafel dapurku dipenuhi bercak darah yang berasal dari bibir eomma.
Sepertinya eomma menyadari kehadiranku, beliau langsung membersihkan mulutnya dari darah. Lalu saat berbalik, dia masih bisa-bisanya tersenyum.
“eomma! Kau kenapa?” tanyaku panik.
“tidak apa-apa, cuma batuk biasa… sudahlah, tidak usah cemas… eomma tak apa…” eomma pun beranjak mengambil gelas-gelas, namun kuhentikan tangannya.
“ayo kita kedokter…” ajakku pelan.
“tidak usah, eomma tak apa”
“kumohon eomma… aku khawatir kau kenapa-kenapa… hanya kau yang kumiliki sekarang ini…” aku menatapnya sendu. Akhirnya eomma menunduk kearah lantai. Aku ebanr-benar tidak tega melihat hal ini.
“Kyuhyun, ayo kita ke rumah sakit!”
***
“bisa aku bicara dengan anaknya? Siapa anak dari nyonya ini?” tanya dokter. Akhirnya aku berdiri.
“saya dokter…”
“bisa kau ikut keruangan saya? Ada hal penting yang akan saya bicarakan” aku mengangguk dan mengikutinya dari belakang.
“ada apa dok?” tanyaku.
“kenapa eommamu baru dibawa kerumah sakit sekarang? Penyakitnya sudah kronis! Akibatnya akan fatal!” dokter itu agak emosi padaku.
“aku bahkan baru tahu kalau beliau sakit… awalnya dia tidak mau kubawa kerumah sakit, tapi akhirnya kupaksa. Memangnya eommaku sakit apa?” tanyaku agak panik.
“eommamu terkena penyakit kanker paru-paru… dan kalau penyakit nya seperti ini, biasanya akan lama untuk disembuhkan. Akibatnya bisa fatal…” ujar dokter itu. Aku menggeleng. Andwae… andwae… jangan eomma… jangan eomma!!! Kumohon Tuhan, aku hanya punya eomma!
“kumohon sembuhkan lah dia dok! Akan kuberi berapapun harganya!” kataku memegang kedua bahu dokter itu.
“uang bukan masalah… masalahnya penyakit ini sudah kronis… berdoa saja semoga Tuhan memberikan yang terbaik…” ujar dokter itu menepuk bahuku, menenangkan.
“terima kasih dok… aku pamit…” kataku membungkuk lemah menuju kamar eomma dirawat.
Aku berjalan lunglai menuju kamar eomma. Entah kenapa tenaga ku seperti tersedot habis. Kakiku seperti tidak sanggup menopang beratnya tubuhku. Apakah aku akan kehilangan eomma? Kumohon eomma… jangan tinggalkan aku… sudah cukup perlakuan appa padaku, dan aku tidak mau ditambah akan hal ini!
“eomma…” aku duduk disamping eomma yang berbaring lemah.
“apa kata dokter?” tanya eomma.
“eomma kenapa tidak bilang kalau kau sakit? Berapa lama kau sakit seperti ini?” tanyaku.
“sebenarnya sudah sangat lama, jauh sebelum kau menikah… makanya eomma menyuruh mu untuk menikah, karena eomma ingin kau bahagia dan tidak mengurus eomma yang sudah tua ini…” sejak aku menikah? 3 bulan? Astaga…
“eomma… kenapa berpikiran seperti itu? Aku… aku… hiks…” Kyuhyun hanya bisa mengelus bahuku. Dia tahu aku tidak sanggup berkata-kata lagi.
“berbahagialah dengan Kyuhyun… Kyuhyun, kutitipkan Nam Ri padamu. Jaga dia baik-baik… lakukanlah yang terbaik baginya dan jangan kau membuatnya sedih… buatlah dia tertawa dan tersenyum sumringan… peluklah dia agar hangat, jadikan agar dia nyaman berada di dekatmu…” ujar eomma.
“aku akan berusaha semampuku… akan kujaga Nam Ri baik-baik…” ujar Kyuhyun tersenyum kaku. Aku tau dia juga sedih, tapi dia selalu menahan tangisnya.
“eomma… jangan bilang begitu! Eomma tidak boleh mati! Andwaeee! Andwae!” ujarku dengan air mata yang sudah bercucuran. Tapi eomma malah menghapusnya.
“umur eomma sudah tua, anakku. Biarpun sembuh, tidak ada gunanya lagi eomma untuk hidup…” ujar eomma.
“eomma… jangan bicara seperti itu… eomma pasti sembuh! Percayalah! Akan kulakukan apapun untuk eomma!” kataku sambil menahan tangis.
“jagalah Kyuhyun, bahagialah bersamanya. Buat dia nyaman berada didekatmu… jangan buat dia cemas atau khawatir… tersenyum dan tertawalah bersamanya… jadikan lah dia satu-satunya namja yang akan berada dihatimu…” ucapan eomma membuatku tersentak. Eomma… kau tau? Aku benar-benar sedih mendengarnya… sungguh aku tidak mau kau mati!
“aku akan melakukannya…” aku menunduk.
“nah sekarang, kalian berdua pulang lah… kembali lagi esok, ara? Tidak usah terlalu khawatir! Eomma bisa menjaga diri eomma sendiri…” eomma tersenyum lagi padaku.
“tidak! Aku akan merawat eomma! Aku akan diam disini!” kataku tetap bersikeras duduk disamping eomma.
“pulanglah Nam Ri… kau punya keluarga. Jangan terlalu mencemaskan eomma, eomma baik-baik saja…”
“bolehkah aku egois? Sekali ini saja… eomma penuhi permintaanku…” ujarku, akhirnya eomma mengangguk dan memperboleh kan aku untuk menemaninya.
“Kyuhyun, kau pulang saja… aku ingin bersama eomma…” kataku. Namun dia malah duduk disampingku.
“aku akan tetap disini… menjagamu dan juga eomma…” aku tersenyum mendengarnya. Dia terlalu baik padaku. Apakah sikapku terlalu jahat padanya? Sikapku semalam benar-benar buruk. Aku tau dia kecewa, tapi dia tidak marah. Apa aku pantas berada disampingnya? Aku merasa seperti itik buruk rupa kalau berada disampingnya. Itik buruk rupa tidak bisa bersanding dengan seorang pangeran…
***
Aku terbangun saat kudengar suara wanita batuk-batuk. Ahhh siapa sih? Berisik sekali. Aku langsung mengetuk keningku pelan. Itu eommamu Nam Ri! Eommamu!
“eomma? Gwaencanayo?” tanyaku.
“gwaencana… eomma hanya kepikiran appa tadi…”
“aishhh tidak usah pikirkan dia eomma, pikirkan dulu kesembuhanmu. Eomma sudah minum obat kan?” tanyaku. Eomma mengangguk.
“nah tidurlah… tidurlah yang nyenyak… eomma harus sembuh” katku mencoba tersenyum. Walau rasanya berat sekali. Eomma membalas senyumanku, lalu dia menutup matanya.
Aku berbaring menghadapkan wajahku kearah Kyuhyun. Kebetulan wajahnya juga menghadap kearahku, tapi dia masih tertidur. Wajahnya polos sekali saat tidur.
Tanpa sadar, tanganku menyentuh wajahnya. Wajahnya tampan tapi agak sedikit jerawatan. Huh! Ini gara-gara dia sering melawanku saat aku menyuruhnya makan sayur! Dasar! Tapi, biar begitu, aku tetap mencintainya.
Matanya mulai bergerak. Sepertinya dia akan bangun! Aku langsung menghadapkan wajahku kearah eomma, pura-pura tidur.
“eh? dia kenapa tidur disini?” gumamnya pelan. Kurasakan sesuatu merengkuh tengkuk dan kakiku. Dia megangkatku. Aku mau dibawa kemana?
Aku merasakan aku berbaring disesuatu yang empuk. Kurasa ini sofa yang berada dikamar ini. Untuk apa dia mengangkatku kesini?
Aku merasakan sesuatu yang hangat menyelimutiku, dia memberikan selimut sampai ke bahuku. Aku masih menutup mataku saat aku emrasakan sesuatu menyentuh keningku, mengecupku singkat.
“aku sangat mencintaimu Nam Ri, andai kau tau itu…” gumamnya. Aku juga mencintaimu… sangat mencintaimu…
***
Aku mengerjapkan mata saat merasakan cahaya pagi menerpa wajahku dari balik jendela. Kulihat Kyuhyun masih tertidur. Eh? jam berapa sekarang?
Kulihat jam tanganku, jam 8 pagi. Eomma sudah minum obat belum ya? Beliau masih tertidur nyenyak.
“eomma… ayo bangun… kau harus minum obat…” aku mengguncangkan pelan tubuhnya.
“eomma… sudah pagi, ayo bangun…” kataku masih mengguncangkan badannya. Aneh, biasanya hanya mendengar suara, beliau langsung bangun.
“eomma… eomma…” aku sudah mulai panik. Jangan bilang…
Tanganku tergerak mencari tangan kirinya, mengecek nadinya. Nadinya tidak berdenyut. Aku tidak boleh panik, kuperiksa nafas dihidungnya. Tidak ada nafas sekalipun. Tidak… tidak…
“ANDWAE EOMMA! BANGUN!” aku masih mengguncangkan badannya. Teriakanku membuat Kyuhyun bangun. Tapi aku tida perduli, eommaku… eommaku…
“dokter! Mana dokter!” aku berlari keluar menuju kamar dokter.
“dokter! Eommaku! Eommaku!” kataku.
“ada apa? Tenang dulu ada apa?” dokter itu mencoba membuatku tenang, tapi aku tidak bisa. Aku panik.
“bagaimana bisa tenang? Eommaku! Dia tidak bangun bangun! Tolong periksa dia! Cepatlah!!!” dokter itu mengambil stetoskop dan mengalungkannya di leher. Aku mengikutinya yang berlari didepanku.
Dia dengan cekatan langsung menempelkan alat pendeteksi detak jantung itu di dada eomma. Sekitar 5 detik kemudian dokter itu menunduk dan menarik selimut eomma sampai menutupi seluruh tubuhnya.
“eh, apa yang kau lakukan? Jangan ditutup, nanti beliau tidak bisa bernafas!” kataku ingin membuka selimutnya, tapi Kyuhyun langsung memelukku dari belakang.
“tenanglah… beliau sudah tenang diatas sana…” ujarnya pelan.
“ANDWAE! Ibuku belum mati! Lepaskan! Lepaskan!” Kyuhyun hanya diam dan menarikku keluar kamar, menjauh dari tempat itu.
Eomma… kenapa kau meninggalkanku? Wae? Aku bahkan belum minta maaf padamu… kenapa kau meninggalkanku secepat ini? Aku masih ingat kata-katamu semalam…
eomma hanya kepikiran appa tadi…
appa… kau lihat? Bahkan sampai akhir hayat, eomma masih menunggumu! Masih mencintaimu! Tapi kau? Kau bahkan meninggalkan kami! Aku tidak akan pernah memaafkanmu! Aku tidak mau melihat wajahmu lagi!
“jangan menangis lagi… masih ada aku. Aku akan menjagamu sampai akhir hayatku… aku tidak akan meninggalkanmu…” Kyuhyun  memelukku hangat.
Setidaknya Tuhan masih memberiku satu lagi malaikant. Malaikat yang sangat kucintai. Penerang disaat aku gelap, penghangat disaat aku dingin, penenang saat aku panik, penghibur disaat aku sedih. Sungguh aku tidak akan menyia-nyiakannya. Orang yang paling berharga dalam hidupku, Cho Kyuhyun…
Saranghae…
To Be Continued